Sejauh ini, lanjut Wahyudi, di tahap pendaftaran dari jumlah 791 formasi yang dicari, sudah ada 947 orang yang mendaftar dan yang memenuhi syarat ada 945 orang.
Sekilas, ujar Wahyudi peserta yang mendaftar sudah mampu memenuhi formasi yang diharapkan. Namun, ketika dirincikan per mata pelajaran, masih banyak kekurangan.
“Yang paling parah, yaitu guru mata pelajaran seni budaya, dari 27 orang yang dicari, hanya ada satu orang pendaftar” katanya.
Selain itu, guru TIK, juga hanya ada 3 orang pendaftar dari 56 yang dicari disusul guru PPKN, dari yang dicari sebanyak 11 orang, hanya ada 3 orang yang mendaftarkan diri.
Berbanding terbalik dengan guru IPA, dari 3 orang yang dicari, ada 11 orang yang mendaftar.
Selain itu juga guru Bahasa inggris, dari 3 orang yang dicari, yang mendaftar malah sebanyak 52 orang, disusul oleh guru Bahasa Indonesia, dari 5 orang yang dicari, pendaftar membludak hingga 35 orang.
Sejumlah hipotesis yang menjadi faktor alasan terjadinya kasus tersebut dikemukakan oleh Wahyudi, salah satunya, menurutnya karena beberapa jurusan atau lulusan tidak terlalu banyak di Kabupaten HST.
Mengingat beberapa Perguruan Tinggi di sekitar Kabupaten HST, menurut hemat Wahyudi, didominasi jurusan guru Bahasa Indonesia, Bahasa Inggis dan Biologi saja.
Hal tersebut tentunya menjadi perhatian khsusus oleh anggota Komisi I DPRD Provinsi Kalsel.
Menurut, Fahrani SPdI MSi, anggota komisi I DPRD Provinsi Kalsel Fraksi PDI Perjuangan, perlu adanya langkah strategis dari pihak Dinas Pendidikan mau pun Perguruan Tinggi.