WARTABANJAR.COM, JAKARTA-Paspor atau sertifikat digital vaksinasi COVID-19 Uni Eropa secara resmi diluncurkan pada awal Juli (1/7/2021) lalu.
Sertifikat itu mengandung data tentang kelengkapan vaksinasi COVID-19 penumpang pemilik paspor.
Di situ juga ada data kekebalan tubuh pemiliknya karena pemulihan baru-baru ini dari COVID-19 atau telah menjalani tes negatif.
Data-data itu ada di dalamnya bisa dilihat dengan cara memindai kode QR yang disertakan di sertifikat tersebut.
Dokumen yang mencakup kode QR dan tanda tangan digital itu dapat ditampilkan pada perangkat digital atau dicetak.
Orang yang memiliki bukti vaksinasi ini tidak harus mendapatkan tes atau karantina COVID-19 tambahan saat bepergian di Uni Eropa.
Dikutip dari The Verge, Senin (5/7/2021), sertifikat tersebut hanya mengakui vaksin COVID-19 yang disahkan di Uni Eropa yang mencakup vaksin AstraZeneca, Pfizer/BioNTech, Moderna dan Johnson & Johnson.
Beberapa negara di Uni Eropa telah menerbitkan dan mengakui sertifikat tersebut.
Jerman, misalnya, pada pertengahan Juni lalu mengatakan sudah menerbitkan 5 juta sertifikat.
Negara-negara yang tidak tergabung dalam Uni Eropa, seperti Inggris, telah mulai meluncurkan sistem mereka sendiri.
Dampaknya
Meskipun diharapkan akan memiliki dampak positif terutama dalam kemudahan mobilitas antardestinasi, adanya paspor vaksin ini juga menimbulkan berbagai reaksi bagi beberapa kalangan.
Grup yang mewakili maskapai penerbangan dan bandara terbesar di Eropa telah memperingatkan kekacauan dan antrian berjam-jam kecuali negara-negara itu mengoordinasikan peluncuran sertifikat COVID-19 digital Uni Eropa dengan lebih baik dan memastikan penumpang diproses sebelum tiba di bandara.
Kelompok bandara ACI dan badan perwakilan maskapai penerbangan A4E, IATA dan ERA memperingatkan dalam sebuah surat pada akhir bulan lalu kepada para pemimpin nasional Uni Eropa tentang “tambalan pendekatan yang mengkhawatirkan” di seluruh benua.
“Ketika lalu lintas penumpang meningkat dalam beberapa minggu mendatang, risiko kekacauan di Bandara Eropa adalah nyata,” kata kelompok itu dalam surat bersama, dikutip dari Reuters.
Surat itu mengatakan satu-satunya cara untuk menghindari antrian besar dan penundaan selama puncak musim panas adalah dengan menerapkan sistem di mana sertifikat vaksinasi dan formulir pencari penumpang diproses dari jarak jauh sebelum penumpang tiba di bandara.
“Pemeriksaan hanya boleh dilakukan di negara keberangkatan dan bukan pada saat kedatangan, dan pemerintah nasional harus mengelola data kesehatan dan menyediakan peralatan untuk memeriksa kode QR,” kata surat itu. (ant)