WARTABANJAR.COM, RANTAU – Pengelolaan bibit pascapanen menjadi kendala pengembangan bawang merah di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, Wagimin, Minggu (23/5/2021), mengatakan hasil panen yang disiapkan untuk bibit di gudang penyimpanan bawang merah dalam prosesnya mengalami pembusukan.
“Petani kita masih belum mampu mengelola bibit. Hasil panen yang disimpan untuk dijadikan bibit selalu gembos atau busuk karena waktu tanamannya tahunan,” ujarnya.
Petani bawang merah masih bergantung kepada program untuk menanam bawang merah sehingga lahan potensial tidak bisa ditanami dengan maksimal, dikatakannya menanam bawang merah memerlukan modal besar untuk petani.
“Hal yang memberatkan petani dimodal awal, untuk satu hektar lahan memerlukan bibit sebanyak satu ton, anggap saja paling murah perkilogram Rp25 Ribu. Rata rata untuk bibit saja bisa memakan ongkos Rp 47 Juta, belum pupuk dan pengolahan lahan. Pemerintah hanya membantu bibit,” ujarnya.
Dikatakannya, cikal bakal bawang merah di Kalimantan Selatan adalah di Tapin, maka diharapkannya sentral produksi bawang merah adanya di Tapin.
“Kita sedang berjuang untuk mengembangkan bawang merah, kemarin kita mengajukan ke Kementrian Pertanian RI untuk 100 hektar. Kita sangat antusias. InsyaAllah nanti kita menghadap dirjend hortikultura bersama bupati memohon arahan dari Pak Dirjend untuk pengembangan hortikultura yang ada di Tapin,” terangnya.
Saat melakukan panen perdana 2021 Rabu (21/5), di tanah seluas empat hektar di Desa Shabah, Kecamatan Bungur , bersama Bupati Tapin dikatakan Wagimin produktivitas bawang merah cukup baik, dari tanam bibit satu ton perhektar saat panen menghasilkan rata rata 8,4 ton.