Namun, pada menit ke-85 lini belakang Liverpool yang sudah kocar kacir gagal mengawal pergerakan Barnes yang mampu mengejar umpan terobosan Wilfred Ndidi untuk mengunci kemenangan Leicester jadi 3-1.
Pertandingan babak pertama didominasi oleh Liverpool, tetapi justru Leicester yang mampu menciptakan peluang berbahaya lewat Vardy pada menit ke-11, 36, 42 dan 45.
Peluang pertama Vardy disonteknya melambung di atas mistar gawang, peluang keduanya sundulan lemah yang mengarah tepat ke Alisson, peluang ketiga membentur mistar gawang dan yang keempat dimentahkan oleh kiper Liverpool.
Liverpool memasuki babak kedua dengan serangan yang lebih tajam dan hampir membuka keunggulan lewat eksekusi tendangan bebas Trent Alexander-Arnold tetapi sentuhan tipis Vardy yang bertugas sebagai pagar hidup membuat bola membentur mistar gawang.
Kebuntuan pecah pada menit ke-67 saat Salah mencetak gol memanfaatkan assist menawan dari umpan tumit Roberto Firmino untuk membawa Liverpool memimpin, tetapi tim besutan Juergen Klopp itu selanjutnya lebih banyak tertekan.
Pada menit ke-77, VAR dan wasit Anthony Taylor dibuat sibuk meninjau pelanggaran Thiago Alcantara terhadap Barnes di tepi kotak penalti. Selepas konsultasi panjang, Leicester hanya memperoleh hadiah tendangan bebas.
Namun, tendangan bebas itu mampu dioptimalkan oleh Maddison untuk menjebol gawang Liverpool, yang awalnya gol itu dianulir karena hakim garis menganggap Daniel Amartey berada dalam posisi offside.
Setelah konsultasi dengan VAR, Taylor mengesahkan gol penyama kedudukan Leicester yang sukses menjadi pelecut semangat pasukan Brendan Rodgers.