WARTABANJAR.COM, DAMASKUS – Menyusul jatuhnya rezim Bashar Assad, pasukan pemberontak di Suriah tak langsung mengendalikan pemerintahan dengan mengganti seluruh pejabat sentral.
Pimpinan milisi Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) mengumumkan bahwa Perdana Menteri Mohammed al-Jalali tetap memimpin pemerintahan sementara menjelang serah terima kekuasaan setelah jatuhnya rezim Bashar Assad tersebut.
Baca juga:Perang Suriah Pecah Lagi, Tentara Pemerintah Mundur dari Allepo
Pemimpin milisi HTS Ahmed Hussein al-Shara menegaskan bahwa lembaga-lembaga publik di Damaskus tidak akan diambil alih oleh pasukan pemberontak.
“Semua lembaga publik tetap berada di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Mohammed al-Jalali hingga proses serah terima resmi selesai,” ujar Hussein al-Shara, Minggu (8/12).
Milisi HTS juga menekankan bahwa penembakan dalam perayaan kemenangan dilarang demi menjaga ketertiban.
Pemberontak mengeklaim kejatuhan pemerintahan Assad mengakhiri 50 tahun kekuasaan keluarga tersebut dan menjadi simbol era baru bagi Suriah.
Dalam pernyataan resmi, milisi HTS menyebutnya sebagai momen pembebasan setelah puluhan tahun penderitaan.
“Bagi warga Suriah di luar negeri, kami menunggu Anda kembali ke tanah air,” tulis kelompok pemberontak dalam pernyataannya.
Baca juga:Presiden Suriah Dilaporkan Kabur, Kubu Pemberontak Kuasai Sekitar Damaskus
Di Lapangan Ummayad, pusat Kota Damaskus, banyak pendukung pemberontak merayakan kemenangan dengan menaiki kendaraan militer bekas pemerintah.
Sementara itu dalam pernyataan di akun Facebook pribadinya, Perdana Menteri Mohammed al-Jalali menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan pemimpin baru yang dipilih oleh rakyat Suriah.