WARTABANJAR.COM, JAKARTA- Harga bawang putih beberapa waktu belakangan ini meroket.
Misalnya di DKI Jakarta, harganya mencapai Rp48 ribu per kilogram (kg).
Sementara di Kalimantan Selatan, awal pekan lalu harga bawang putih juga meroket, khususnya bawang putih honan.
Mengutip laman Dinas Perdagangan Kalsel, Senin (17/7/2023), kenaikan harga bawang putih honan tercatat Rp900 dari Rp42.700 menjadi Rp43.600/kilo.
Penyebab Kenaikan Harga Bawang Putih
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan lonjakan harga bawang putih di pasaran dipengaruhi oleh masalah di China.
Kondisi itu lalu berpengaruh ke Indonesia yang masih ketergantungan impor bawang putih.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan harga bawang putih di China sempat menembus angka US$1.300 atau setara Rp19,5 juta per ton (asumsi kurs Rp15.004 per dolar AS).
“Bawang putih merupakan salah satu komoditas pangan yang masih memerlukan tambahan pasokan dari luar negeri untuk memenuhi konsumsi domestik. Untuk itu, kondisi harga komoditas tersebut di dalam negeri tidak terlepas dari pengaruh harga internasional atau di negara asal,” tulis keterangan resmi Bapanas belum lama ini.
“Harga bawang putih di China berada di atas US$1.300 per ton. Hal tersebut yang turut menyebabkan harga di dalam negeri terkerek naik,” sambung Bapanas.
Senada, Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Eliza Mardian mengatakan penyebab kenaikan harga bawang putih adalah karena kenaikan harga di negara asal impornya terutama China karena 95 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi dari impor.
Kenaikan harga di negara asal impor disebabkan faktor cuaca, termasuk El Nino yang mengganggu produksi pangan termasuk bawang putih.
Ia menyebut pemerintah sejak 2019 sebenarnya sudah mewajibkan importir bawang putih menanam 5 persen dari volume impor untuk menyokong produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.
Kendati demikian, dilihat dari masih besarnya peranan impor dapat dikatakan bahwa kewajiban menanam 5 persen itu belum efektif mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Eliza mengatakan yang menjadi titik persoalan dalam importasi adalah preferensi konsumen Indonesia yang lebih suka bawang putih ukuran besar, sementara bawang putih yang bisa ditanam di Indonesia ukurannya kecil dan produktivitasnya belum optimal.
Sementara itu, Peneliti Indef Rusli Abdullah mengatakan ada dua penyebab harga bawang putih melonjak.