Terungkap, 62.000 Orang di Eropa Meninggal Akibat Musim Panas Ekstrem Tahun Lalu

    WARTABANJAR.COM, WASHINGTON DC – Lebih dari 61 ribu orang meninggal akibat panas selama musim panas di Eropa. Musim panas ini bahkan memecahkan rekor di Eropa tahun lalu.

    Badan statistik Uni Eropa, Eurostat, telah melaporkan jumlah kematian yang luar biasa tinggi selama musim panas, tetapi jumlah yang terkait langsung dengan panas belum pernah dihitung sebelumnya.

    Para peneliti dari Institut Kesehatan Global Barcelona dan lembaga penelitian kesehatan Prancis INSERM menggunakan model untuk memprediksi kematian yang disebabkan oleh suhu di setiap wilayah pada setiap minggu di musim panas 2022.

    BACA JUGA: Penyebrangan Bali-Lombok Ditutup Akibat Cuaca Ekstrem

    Bukti yang lebih memilukan adalah bahwa panas adalah pembunuh diam-diam meski korbannya sangat sedikit.

    Studi yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine menemukan bahwa 61.672 orang meninggal di Eropa akibat penyakit terkait panas antara 30 Mei dan 4 September tahun lalu.

    Italia adalah negara yang paling terpukul, dengan sekitar 18.000 kematian, diikuti oleh Spanyol dengan lebih dari 11.000 dan Jerman dengan sekitar 8.000.

    Para peneliti juga menemukan panas ekstrem secara tidak proporsional merugikan orang tua dan wanita.

    Dari hampir 62.000 kematian yang dianalisis, angka kematian terkait panas adalah 63 persen lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

    Usia juga merupakan faktor penting, dengan jumlah kematian meningkat secara signifikan untuk orang berusia 65 tahun ke atas.

    Bumi mencatat rekor hari terpanas minggu ini. Ini adalah rekor yang akan dipecahkan lagi dan lagi

    “Jumlah yang sangat besar,” kata Joan Ballester, seorang ahli epidemiologi di ISGlobal dan penulis utama studi tersebut.

    Eurostat, yang merupakan kantor statistik Eropa, berusaha menghitung jumlah kematian akibat gelombang panas tahun lalu dengan menghitung kematian berlebih, atau berapa banyak orang yang meninggal lebih dari musim panas biasa.

    Tapi Ballester, yang tinggal di Spanyol dan mengalami gelombang panas tahun lalu, mengatakan penelitian itu adalah yang pertama menganalisis berapa banyak kematian musim panas lalu yang secara khusus disebabkan oleh panas.

    BACA JUGA: Peringatan Dini Cuaca Jumat 7 Juli 2023, BMKG: Kalimantan Selatan Berpotensi Cuaca Ekstrem

    Para peneliti menganalisis data suhu dan kematian antara 2015 dan 2022 untuk 35 negara Eropa, mewakili total populasi 543 juta orang, dan menggunakannya untuk membuat model epidemiologi untuk menghitung kematian terkait panas.

    “Bagi saya, saya seorang ahli epidemiologi, jadi saya tahu apa yang diharapkan dan (jumlah kematian) tidak mengejutkan, tetapi untuk masyarakat umum, sangat mungkin hal ini mencengangkan,” katanya.

    Eropa telah mengalami hal ini, yakni gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengakibatkan lebih dari 70.000 kematian berlebih pada musim panas 2003.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm


    Baca Juga :   Firli Bahuri Bakal Diperiksa Polda Metro Pekan Depan, Sudah Kirim Surat Panggilan

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI