WARTABANJAR.COM, GAZA- Janji perdamaian diiringi dengan gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina, ternyata belum sepenuhnya membawa angin segar bagi jutaan warganya.
Meskipun ada peningkatan signifikan dalam volume bantuan yang masuk sejak jeda pertempuran disepakati, badan-badan kemanusiaan seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali melontarkan keluhan keras.
PBB menyebut penghapusan hambatan masih berjalan lambat, yang berarti kebutuhan mendesak di Gaza masih jauh dari terpenuhi.
Situasi kemanusiaan di Gaza, yang sebagian besar wilayahnya luluh lantak, memang masih memprihatinkan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) secara gamblang menyatakan bahwa jalur penyaluran bantuan masih sangat terbatas.
OCHA menyebut penyaluran bantuan masih dibatasi hanya melalui dua pos perlintasan.
“Ini berarti tidak ada akses langsung yang memadai, baik dari Israel menuju Gaza utara, maupun dari Mesir menuju Gaza selatan” sebut OCHA lagi, dikutip Minggu (9/11/2025).
Lebih parah lagi, OCHA menyoroti bahwa sejumlah barang esensial dan bahkan staf dari berbagai organisasi nonpemerintah (LSM) masih tidak diizinkan masuk, menciptakan botol leher (bottleneck) yang menghambat upaya penyelamatan nyawa.
Tempat Pengungsian Alami Krisis Kelayakan
Kondisi tempat tinggal para pengungsi adalah krisis dalam krisis.
Mitra PBB yang fokus pada bantuan tempat perlindungan melaporkan bahwa mayoritas pengungsi masih terpaksa tinggal di situs darurat yang sudah terlalu penuh sesak.
Mengutip inilah.com, banyak kamp dadakan ini didirikan secara spontan di area terbuka.

