Situasi semakin genting hingga memaksa Perdana Menteri Sharma Oli mengundurkan diri pada 9 September 2025 setelah parlemen diserbu dan rumah pejabat senior dibakar massa.
Polisi menembakkan gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam untuk membubarkan massa, sementara tentara dikerahkan menjaga stabilitas di Kathmandu dan kota-kota lain.
Kerugian Raksasa, Mobilitas Dibatasi
Kerusuhan ini menimbulkan kerugian diperkirakan 1,4 miliar dolar AS (Rp22,9 triliun). Puluhan bangunan hancur, ratusan orang luka-luka, dan aktivitas ekonomi lumpuh.
Pemerintah sempat memberlakukan pembatasan mobilitas di Kathmandu, Lalitpur, dan Bhaktapur. Namun pada Sabtu (13/9/2025), pembatasan resmi dicabut, meski akses ke sejumlah titik strategis masih dibatasi.
Kini, sorotan tertuju pada Sushila Karki yang diharapkan mampu memulihkan ketertiban dan membawa Nepal keluar dari krisis politik serta sosial pasca “Revolusi Gen Z”.
Namun, para pengamat menilai stabilitas jangka panjang masih rapuh, mengingat ketidakpuasan generasi muda terhadap kebijakan pemerintah belum sepenuhnya mereda.(Wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor: nur muhammad