TRAGEDI BERDARAH di Ponpes Al-Hikmah HST! Santri Ungkap Tak Pernah Ada Sosialisasi Anti-Bullying

    WARTABANJAR.COM, BARABAI – Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Qur’an Al-Hikmah, Desa Matang Ginalon, Kecamatan Pandawan, masih diselimuti suasana muram pasca insiden tragis tewasnya santri tahfiz, MF (21), pada Rabu (20/8/2025) dini hari. Hingga Jumat (22/8/2025), aktivitas belajar di ponpes terhenti total, meninggalkan lingkungan sepi dengan hanya beberapa santri yang lalu-lalang.

    Polisi mengungkapkan, pelaku MN (15) diduga nekat menghabisi korban karena sakit hati usai kerap menjadi sasaran perundungan.
    “Pelaku merasa sering diperlakukan tidak baik sehingga menyimpan dendam. Itu keterangan awal, namun penyidik masih mendalami dari saksi-saksi lain,” jelas Aiptu M. Husaini, Kasubsi PIDM Humas Polres HST, Kamis (21/8/2025).

    BACA JUGA:UPDATE Tragedi Berdarah Ponpes di HST! Santri 21 Tahun Tewas, Aktivitas Belajar Dihentikanl”

    Santri Sebut Tidak Pernah Ada Edukasi Anti-Bullying

    Saat tim wartabanjar.com mendatangi kembali Ponpes Al-Hikmah pada Jumat, pondok masih diliburkan. Pimpinan ponpes tidak berada di tempat, hanya beberapa santri yang bisa dimintai keterangan.

    Salah satunya, Aulianor, santri yang sudah empat tahun mondok di sana, mengungkap fakta mengejutkan: selama ini tidak pernah ada sosialisasi khusus tentang pencegahan maupun penanganan bullying di ponpes tersebut.

    “Ponpes ini fokus ke tahfiz, akhlak, dan fiqih. Jadi tidak pernah ada pembelajaran atau sosialisasi dari luar tentang bullying,” ujarnya.

    Korban Hafal 4 Juz, Pelaku Justru Hafal 10 Juz

    Aulianor juga menyebut, korban MF dikenal sebagai santri tahfiz dengan hafalan empat juz Al-Qur’an. Ironisnya, pelaku MN yang lebih muda justru memiliki hafalan lebih banyak, yakni sepuluh juz.

    Baca Juga :   Jadi Saksi Perkara Tipikor, Bupati Balangan Ungkap Sejumlah Kejanggalan

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI