Ia pun aktif menggelar program pendidikan Islam, seperti Imam Tarawih, kajian moderasi beragama, tahsin dan tilawah Al-Qur’an, serta tafsir klasik dan kontemporer.
Ia menekankan pentingnya memahami perbedaan ketimbang memaksakan persatuan dalam masyarakat multikultural.
“Membangun dialog dengan masyarakat Jerman harus dilakukan secara diplomatis agar tercipta rasa saling menghargai,” tuturnya.
Rahmat mengajak umat Islam di Indonesia untuk mendukung dakwah di Eropa dengan doa bagi para dai di negara-negara dengan komunitas Muslim kecil.
“Semakin baik wajah Islam di Indonesia, semakin baik pula pandangan dunia terhadap Muslim Indonesia,” ucap Rahmat.
Dihubungi terpisah, Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya Kemenag dalam mewujudkan tagline “Beragama Berdampak”.
Ia menjelaskan, pengiriman ini telah memasuki tahun kedua.
“Kami ingin memberikan ruang yang lebih luas kepada para juara MTQ agar output dari gelaran MTQ dan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) yang rutin dihelar pemerintah dapat berdampak langsung bagi masyarakat,” terangnya.
Zayadi berharap, program ini diharapkan semakin memperkuat layanan keagamaan Kemenag di dalam maupun luar negeri.
Menurutnya, para dai dan qari-qariah yang dikirimkan tidak hanya memiliki tugas untuk berdakwah, tetapi juga menyampaikan pemahaman keagamaan yang moderat.
“Mereka adalah cerminan dari keberagamaan masyarakat Muslim Indonesia. Dengan program ini, kami berharap para dai dan qari-qariah dapat memberikan perspektif Islam yang moderat,” tandas Zayadi. (Berbagai sumber)