WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN- Tiap bulan Ramadhan, biasanya ada kegiatan berbagi takjil gratis ke masyarakat di jalan-jalan oleh berbagai kalangan, seperti instansi pemerintahan, organisasi swadaya hingga lembaga mahasiswa.
Tujuannya adalah untuk sekadar berbagi kebahagiaan, terutama kepada para pengguna jalan yang berpuasa, kaum duafa serta pihak-pihak lainnya yang di waktu menjelang berbuka puasa mereka masih di jalan.
Kegiatan ini juga untuk memeriahkan Ramadhan, berbagi makanan dna minuman secara gratis dengan harapan bisa meraih keberkahan di bulan puasa.
Lantas, bagaimanakah Islam memandang fenomena berbagi takjil gratis di jalan ini? Simak berikut ini penjelasannya:
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Jombang, Jawa Timur, Mohammad Makmun memaparkan, hampir beberapa tahun terakhir,
takjil on the road atau memberi
takjil di jalan marak dilakukan, baik perorangan, instansi maupun lembaga.
Bahkan dari warga non muslim pun turut berbagi
takjil sebagai wujud menyemarakkan Bulan
Ramadhan.
“Namun demikian, kiranya perlu memikirkan ulang terkait
takjil on the road,” katanya, dikutip dari NU Online, Sabtu (22/3/2025).
Apakah kegiatan ini dilakukan di jalan tidak boleh? Dan mengapa pembagian
takjil model ini perlu dikaji ulang?
Menurut pandangannya, pembagian
takjil di jalan bukan tidak boleh dan bukan kegiatan yang dilarang agama Islam.
“Setiap sesuatu pasti memiliki sisi plus dan minusnya. Tinggal kita melihat dan mengukur lebih banyak plusnya atau malah banyak minusnya,” katanya.
Dosen di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum atau Unipdu Jombang ini kemudian memaparkan sisi positif dan negatif dari kegiatan
takjil di jalan tersebut.
“Kegiatan ini memiliki sisi positif antara lain sebagai syiar Islam. Memberi
takjil bagi mereka yang sedang dalam perjalanan, bagi lembaga, korporasi atau organisasi, bermanfaat sebagai media
branding agar mereka lebih dikenal oleh masyarakat dan seterusnya. Sedangkan sisi minusnya, antara lain berpotensi mengakibatkan kecelakaan jika yang membagikan
takjil tidak berhati-hati, juga menghambat pengguna jalan, lantaran pengguna jalan terdiri dari beberapa macam orang,” ujarnya.
Ada yang sedang perjalanan jauh, atau sekedar
ngabuburit untuk mencari menu buka puasa, sehingga tidak semua pengguna jalan membutuhkan
takjil on the road, lanjutnya.
Di samping itu, pemberian
takjil di jalan menurutnya hanya mendapatkan pahala sedekah, bahkan bisa jadi hanya akan memperoleh dosa.
Pasalnya berpotensi membuat arus lalu lintas terhambat bahkan macet, terutama jika mereka sedang terburu-buru ingin segera sampai tempat tujuan, sehingga yang bersangkutan akan merasa terzalimi karena perjalanannya terganggu.
“Ini bisa menyebabkan penyelenggara
takjil malah akan mendapat dosa,” urainya.
Sisi minus lainnya munculnya sifat riya, terutama jika niatnya bersedekah agar diketahui orang banyak.
Padahal, katanya, itu adalah sifat terlarang dalam Islam.
Dengan demikian, apabila melihat dan mengukur plus dan minusnya pembagian
takjil on the road, maka sudah selayaknya kegiatan tersebut dialihkan ke tempat yang tepat, yaitu masjid dan musala.
Ada beberapa alasan yang perlu diketahui dari pembagian
takjil ini.
Di antaranya seseorang akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab memberi makan dan minum orang yang berpuasa, juga akan mendapatkan pahala karena mereka tercatat sebagai orang yang sudah memakmurkan masjid.
“Memakmurkan masjid jelas ada perintah dari Allah dan Rasulullah. Kita diperintahkan memakmurkan masjid bukan memakmurkan jalan,” tuturnya.
Pahala lain juga didapatkan sebab memberi sedekah kepada orang-orang yang sedang mengaji ilmu di masjid atau musala.
Manfaat pembagian
takjil di masjid adalah sebagai bagai syiar Islam.
Manfaat lainnya, masjid atau musala tersebut menjadi lebih makmur oleh kegiatan keagamaan dan dipastikan juga aman dari berbagai kecelakaan lalu lintas.
“Tepat sasaran karena orang yang datang ke masjid untuk mengikuti pengajian menjelang buka puasa adalah orang yang memang bertujuan mencari ilmu dan niat untuk salat berjemaah,” paparnya.
Bagi umat Islam yang berpuasa dan sedang dalam perjalanan, bisa mampir ke masjid untuk mendapatkan
takjil gratis sekaligus ikut salat magrib berjemaah.
Dengan demikian, jika mengukur tingkat kemashlahatan yang ada antara
takjil on the road dengan
takjil on the mosque lebih banyak maslahat atau manfaatnya di masjid atau musala.
“Untuk itu, maka sudah selayaknya kita mengalihkan kegiatan
takjil on the road menjadi
takjil on the mosque,” pungkasnya.
(berbagai sumber)