Fenomena ini sering dipicu oleh angin kencang dan kondisi sangat kering yang umum terjadi selama musim kemarau. Dalam kondisi tersebut, kebakaran hutan yang berlangsung memanaskan udara di sekitarnya, sementara udara lebih dingin ditarik ke bawah, menciptakan pusaran udara yang sangat berbahaya.
Kebakaran Carr pada 2018 menjadi sorotan utama terkait fenomena firenado, ketika angin puting beliung berapi-api mencapai ketinggian 17.000 kaki dengan kecepatan 143 mph, menambah dampak destruktif pada kebakaran hutan besar.
Tantangan bagi Petugas Pemadam Kebakaran
Firenado sangat sulit untuk dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran karena sifatnya yang tidak dapat diprediksi dan suhu yang ekstrem. Sebagai hasilnya, mereka seringkali lebih memilih untuk menghindari langsung berhadapan dengan firenado dan lebih fokus pada area kebakaran yang lebih stabil, di mana pergerakan api lebih dapat diprediksi dan dimatikan dengan lebih efektif.
BACA JUGA:VIDEO Kebakaran Hebat di Los Angeles Belum Padam, Kini Apartemen 6 Lantai di New York Ludes
Pentingnya Penelitian dan Kesiapsiagaan
Fenomena ini semakin menarik perhatian global mengingat dampak besar yang bisa ditimbulkan. Mengingat adanya perubahan iklim yang memperburuk frekuensi dan intensitas kebakaran hutan, kejadian firenado kemungkinan akan semakin sering terjadi di masa depan.
Penelitian lebih lanjut mengenai perilaku dan dampak dari firenado sangat penting untuk meminimalkan kerusakan dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan.(Wartabanjar.com/Beritasatu.com)