WARTABANJAR.COM, TEL AVIV – Dunia semakin keras mengecam aksi dan serangan brutal Israel. Di tengah tuntutan yang menguat, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada utusan khusus AS bahwa setiap perjanjian gencatan senjata dengan milisi Hizbullah harus menjamin keamanan Israel.
“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperjelas bahwa masalah utamanya bukanlah dokumen untuk perjanjian ini atau itu. Namun tekad dan kapasitas untuk memastikan persyaratan tersebut dilaksanakan, mencegah ancaman konflik lebih lanjut dari Lebanon ke Israel,” jelas Kantor Perdana Menteri Israel, pada Kamis (31/10).
Baca juga:Drone Misterius Serang Kediaman Benjamin Netanyahu, Begini Kondisi PM Israel Itu
Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan antara PM Netanyahu dan utusan khusus AS untuk Timur Tengah Amos Hochstein dan Brett McGurk dari Dewan Keamanan Nasional AS.
Netanyahu menegaskan bahwa dia menghargai dukungan AS kepada Israel dalam menghadapi pasukan Hamas di Jalur Gaza dan Hizbullah di Lebanon.
Namun ia menekankan bahwa Tel Aviv tidak akan menerima semua tuntutan dari Washington.
“Kebijakan saya sangat sederhana. Saya mengatakan ya, ketika saya bisa, tetapi saya juga akan mengatakan tidak ketika diperlukan. Hamas tidak lagi dapat mengendalikan Gaza dan Hizbullah tidak lagi dapat menempatkan pasukannya di perbatasan utara Israel,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant juga bertemu secara terpisah dengan dua pejabat AS pada 31 Oktober.
Dia mengatakan kedua belah pihak membahas pengaturan keamanan terkait front utara dan Lebanon, serta upaya untuk menyelamatkan sekitar 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.