WARTABANJAR.COM – Tanggal 29 September yang jatuh pada hari ini, merupakan peringatan Hari Jantung Sedunia.
Hari tersebut merupakan momentum penting dalam upaya global untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit kardiovaskular (PKV).
Penyakit yang melibatkan jantung dan pembuluh darah tersebut, merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Di Indonesia, penyakit jantung juga menjadi salah satu penyebab utama kematian.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyakit jantung koroner menyumbang sekitar 18,5% dari total kematian di Indonesia.
Pada 2021, diperkirakan sekitar 1,5 juta orang di Indonesia menderita penyakit jantung dan angka kematian akibat penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya.
Dengan ancaman yang semakin meningkat akibat gaya hidup modern, Hari Jantung Sedunia hadir untuk mendorong masyarakat agar lebih memperhatikan kesehatan jantung mereka.
Namun, bagaimana sejarah, tujuan, dan pentingnya peringatan ini dalam konteks global? Simak penjelasannya berikut ini.
Sejarah Hari Jantung Sedunia
Hari Jantung Sedunia diperingati dan dirayakan pertama kali pada 24 September 2000, sebuah inisiatif yang dicetuskan oleh
Presiden Federasi Jantung Dunia (World Heart Federation/WHF) Antoni Bayés de Luna, yang menjabat dari 1997 hingga 1999.
Bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Hari Jantung Sedunia ditetapkan sebagai peringatan internasional untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit kardiovaskular dan cara mencegah dampaknya.
Pada awalnya, peringatan ini diadakan pada hari Minggu terakhir di bulan September.