Terekamnya kejadian getaran banjir dalam periode itu, sambungnya, mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level II atau Waspada dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,” katanya lagi.
Karena berstatus Waspada, maka masyarakat di sekitar dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, lanjutnya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu, warga harus mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Erupsi 139 Detik
Sebelumnya, pada Kamis (1/8/2024) pukul 05.03 WIB, Gunung Semeru juga dilaporkan erupsi.
Kala itu erupsinya berlangsung selama 139 detik dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau 4.376 mdpl.