Terkahir, pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) pada kuartal I 2024 sebesar 15 persen, namun menurutnya ini tidak secemerlang periode sebelumnya. Pada kuartal III 2022, FDI tumbuh fantastis hingga 63,6 persen, namun kemudian menurun secara perlahan.
Baca juga: MPR Ingatkan Massifnya Gelombang PHK Picu Disintegrasi
“Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,” jelasnya melalui rilis yang diterima Wartabanjar.com di Jakarta, Senin (24/06/2024).
Untuk membantu pemerintah memiliki kelonggaran dalam bergerak, khususnya pada pemerintahan ke depan menghadapi sentimen negatif dari eksternal, khususnya pada sektor keuangan.
Adapaun posisi Badan Anggaran DPR terhadap sejumlah asumsi ekonomi makro dan postur RAPBN 2025, antara lain: Target pertumbuhan ekonomi: 5,1 – 5,5 persen, Tingkat inflasi: 1,5 – 3,5 persen, Nilai tukar Rp/USD: Rp. 15.300-15.900, Yield SBN 10 tahun: 6,9 – 7,2 persen, Harga minyak mentah Indonesia: 75-80 USD per barel, Lifting minyak bumi: 580-605 ribu barel dan Lifting gas bumi: 1.003-1.047 ribu barel setara minyak.
Baca juga: MPR Ingatkan Massifnya Gelombang PHK Picu Disintegrasi
“Asumsi tersebut sesungguhnya tidak terpaut signifikan dari usulan asumsi ekonomi makro yang di usulkan oleh pemerintah kepada DPR, semisal, kurs batas atas Banggar DPR pada posisi Rp. 15.900 sementara pemerintah Rp. 16.000. Namun pemerintah sepakat batas atas kurs menjadi Rp. 15.900, sebagai upaya pengendalian rupiah yang lebih significant,” jelasnya