Ditinjau dari pelaksanaannya, melukat dilakukan terhadap dua hal yakni sebelum upacara agama dilaksanakan yang bertujuan untuk membersihkan-menyucikan semesta. Caranya dengan memercikkan tirta atau air suci yang didoakan oleh pemuka agama Hindu terhadap banten atau sarana upacara keagamaan Hindu.
Baca juga: Kronologi Korban Tenggelam di Wisata Kampung Hijau
Kemudian yang kedua yakni untuk membersihkan diri sendiri. Membersihkan diri ini pun tak sama dengan membersihkan diri tatkala mandi.
“Khusus melukat untuk diri sendiri, ada dua cara yang bisa dilakukan yakni pertama dipimpin oleh Sulinggih yakni orang yang disucikan (pendeta Hindu)/pemuka agama Hindu,” papar Nyiman Kenak.
Melukat dengan cara ini bisa dilakukan di gria atau kediaman sulinggih dengan terlebih dahulu diawali ritual menggunakan air yang didoakan dan air kelapa muda dengan kulit berwarna gading yang memiliki simbol Dewa Siwa sebagai pelebur.
Ada beberapa jenis melukat yang dipimpin oleh Sulinggih atau pemuka agama Hindu yakni Gni Ngelayang yang diyakini untuk penyembuhan saat sakit. Ada juga melukat Gomana yang berkaitan dengan hari lahir sesuai wuku atau penanggalan kalender Bali hingga melukat Semarabeda saat upacara pernikahan.
“Kedua, melukat bisa dilakukan mandiri dengan memanfaatkan sumber mata air yang dinilai suci dan disakralkan oleh umat Hindu yang berada di tempat-tempat pemujaan atau pura di Bali,” katanya lagi.
Baca juga: Siap Hadapi Potensi Bencana, BPBD Banjar Gelar PBBM di Karang Intan
Prosesi melukat
Ada banyak pura di Bali yang memiliki sumber mata air alami yang disakralkan, salah satunya Pura Tirta Empul di Kabupaten Gianyar. Sebelum melakukan tradisi itu untuk diri sendiri di pura, terlebih dahulu melakukan doa yang intinya menyatakan tujuan dan harapan.