WARTABANJAR.COM, BANDA ACEH – Beberapa waktu belakangan, publik Tanah Air menyoroti polemik kedatangan pengungsi Rohingya di pesisir pantai Aceh.
Pasalnya, kedatangan imigran yang berasal dari Myanmar itu mendapat penolakan dari warga setempat.
Ini tentunya bertolak belakang dengan kondisi sebelum-sebelumnya, di mana warga Aceh sangat terbuka menerima etnis Rohingya.
Dosen Antropologi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Tgk Muhajir Al-Fairus menjelaskan, kehadiran Rohingya pada awalnya dimaknai sebagai soal kemanusiaan oleh masyarakat Aceh.
Masyarakat Aceh menunjukkan identitas ke-Aceh-an pada Rohingya.
Baca juga: BNPB Bantu Kalsel 10 Unit Motor Senilai Rp1,6 Miliar
Aceh merupakan masyarakat yang cukup menghormati tamu. Apalagi, dalam kasus Rohingya ada rasa kesamaan keyakinan.
Waktu itu, terang dia, masyarakat Aceh bersimpati membela kehadiran pengungsi Rohingya.
Apalagi dengan isu penindasan terhadap Rohingya dari negara asal mereka.
Menurut Tgk Muhajir, sisi kemanusiaan masyarakat Aceh membuncah kuat kala itu.
“Meskipun waktu itu ada instruksi larangan untuk tidak menampung pengungsi Rohingya karena akan membawa masalah, masyarakat Aceh berdiri tegak membantu Rohingya,” ujar Tgk Muhajir kepada NU Online, Kamis (23/11/2023).
Namun demikian, Tgk Muhajir menyebut sejak banyak masalah sosial dan moral muncul dari pengungsi Rohingya, kepercayaan masyarakat Aceh terhadap Rohingya pudar.
Baca juga: Warga Desa Pumpung Dilatih Kerajinan Arguci untuk Dukung Geopark Meratus
Rohingya tidak lagi dipandang sebagai kelompok yang perlu perhatian.