Puluhan Bayi di Eropa Terpapar Enterovirus, Penyakit Apa itu?

    WARTABANJAR.COMOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jumat 7 Juli 2023 mengumumkan secara resmi bahwa sebanyak 26 bayi di sejumlah negara Eropa terinfeksi Enterovirus. Delapan dari bayi tersebut meninggal setelah gagal organ dan sepsis.

    Kasus infeksi Enterovirus dilaporkan dari Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Prancis.

    Kasus Enterovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari 26 kasus dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.

    BACA JUGA: Heboh Penyakit Antraks, Berikut Pencegahannya pada Hewan Ternak dan Manusia

    Menanggapi hal itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril mengatakan Enterovirus-11 (Echovirus-11) belum ditemukan di Indonesia maupun negara ASEAN.

    “Berdasarkan penelusuran platform Bluedot, Enterovirus belum terdeteksi di Indonesia maupun negara-negara ASEAN,” kata Mohammad Syahril dilansir Antaranews, Jumat (14/7/2023).

    Ia mengatakan yang sempat terdeteksi di Laboratorium Nasional Sri Oemijati berjenis Enterovirus 71 (EV-71) karena termasuk program surveilans penyakit tangan, kaki, dan mulut (Hand, Foot, and Mouth Disease/HFMD).

    Namun untuk Enterovirus-11 yang menyerang sejumlah bayi baru lahir di Eropa hingga saat ini belum dilakukan pemeriksaan.

    Ia mengatakan, saat ini terdapat tiga laboratorium diagnosis yang dapat mengidentifikasi Enterovirus-11 di Indonesia, yakni Laboratorium Sri Oemijati Jakarta, Laboratorium Biofarma Bandung, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.

    “Alat diagnosis Enterovirus di laboratorium dengan identifikasi kultur dan PCR untuk Enterovirus 71 dan polio virus. Untuk Enterovirus 11 dapat diidentifikasi melalui real time PCR dan sekuensing,” katanya

    Syahril menambahkan upaya mencegah Enterovirus secara umum adalah dengan menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan secara baik sebagai metode pencegahan utama.

    Apa Itu Echovirus?

    Enterovirus sangat mempengaruhi bayi baru lahir arena sistem kekebalannya belum cukup matang untuk melawan infeksi.

    Sementara itu echovirus bisa menyebar melalui kotoran atau dengan menghirup droplet dan biasanya hidup di sistem pencernaan.

    Pejabat kesehatan di Inggris sebelumnya melaporkan peningkatan tidak biasa pada miokarditis parah, atau radang jantung, pada 10 bayi yang memiliki enterovirus coxsackievirus dengan laporan satu meninggal.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tidak memiliki sistem laporan aktif untuk penyakit enteroviral neonatal atau enterovirus secara umum.

    Padahal, lebih dari 100 jenis enterovirus dapat menginfeksi manusia. Dr. Janell Routh, kepala divisi virus CDC mengonfirmasi hal ini.

    “Meskipun kami tidak melakukan pengawasan rutin terhadap enterovirus, CDC memiliki sistem pengawasan lain yang kami gunakan untuk memantau dan menilai sinyal wabah dan peningkatan jenis enterovirus tertentu,” ujarnya.

    “Mengingat peredaran virus terganggu oleh pandemi COVID-19, kami tetap waspada terhadap setiap perubahan penularan enterovirus.”

    BACA JUGA: Demi Penyakit Kanker, Sebuh Pabrik Diluncurkan ke Luar Angkasa, Ciptakan Obat dalam Gravitasi Nol

    Sementara itu, Dr. Buddy Creech, dokter penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee mengungkap sejumlah gejala yang timbul.

    “Biasanya anak-anak terpapar dalam beberapa hari atau minggu-minggu pertama kehidupannya,” jelas Creech sembari mengatakan gejala umumnya seperti flu.

    Bayi-bayi tersebut biasanya lahir dengan sehat dan pulang dari rumah sakit bersama keluarganya. Saat itulah bayi-bayi itu mengembangkan gejala paparan enterovirus, seperti:

    Demam
    Tidak makan dengan baik
    Sulit bernapas
    Dingin ketika disentuh dan rewel
    Kulit pucat kadang muncul seperti jerawat.
    Beberapa mungkin mengalami komplikasi parah dengan gejalan meningitis, kegagalan organ, miokarditis, bahkan masalah di dalam sumsum tulang.

    Sistem bayi yang kecil jadi “sangat meradang” sampai pada titik di mana banyak kerusakan yang dilakukan oleh respons kekebalan mereka seperti oleh virus itu sendiri, kata Creech.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm

    Baca Juga :   Paus Tiba di Indonesia pada 3 September 2024: Hadiri Pertemuan di Masjid Istiqlal

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI