KETUPAT LEBARAN, Begini Sejarahnya hingga Menjadi Tradisi saat Perayaan Idul Fitri di Indonesia

    WARTABANJAR.COM – Setelah sebulan penuh melaksanakan puasa Ramadan, umat islam akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Tak hanya bermaaf-maafan, momen makan bersama juga jadi agenda yang ditunggu-tunggu saat idul fitri.

    Berbagai hidangan lezat pengganti nasi menjadi pelengkap saat berkumpul dengan saudara maupun teman.

    Ketupat adalah salah satu makanan khas Lebaran yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Biasanya ketupat Lebaran disajikan dengan kuliner khas seperti opor ayam, gulai, atau rendang.

    Hidangan ini terbuat dari beras yang dimasak dalam anyaman daun kelapa muda, ketupat biasanya disajikan dengan hidangan lebaran lainnya seperti opor ayam, semur daging, rendang, sambal goreng ati dan lainnya.

    Lalu Bagaimana asal-usul ketupat Lebaran?

    Ketupat merupakan salah satu tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Ketupat adalah makanan yang identik dengan Lebaran dan biasanya disajikan dengan aneka lauk, seperti opor ayam, rendang, dan lain sebagainya.

    Lalu, apa sebenarnya makna ketupat? Bagaimana sejarah hadirnya ketupat di Indonesia? Yuk, simak serba-serbinya berikut ini.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa, berbentuk kantong segi empat dan sebagainya, kemudian direbus, dimakan sebagai pengganti nasi. Ketupat menjadi hidangan khas Lebaran yang terus ada hingga saat ini.

    Arti Ketupat Lebaran

    Dilansir situs Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur, “ketupat” atau “kupat” berasal dari bahasa Jawa “ngaku lepat” yang artinya “mengakui kesalahan”. Oleh karena itu, ketupat Lebaran digambarkan sebagai simbol umat Muslim yang mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan saat momentum Lebaran Idul Fitri.

    Kupat juga berarti “laku papat” atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu:

    Lebaran, dari kata dasar ‘lebar’ artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain
    Luberan, dari kata dasar ‘luber’ artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan
    Leburan, dari kata dasar ‘lebur’ artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun
    Laburan, merupakan kata lain ‘kapur’ artinya menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi.

    Dikutip dari situs NU Online, Sejarawan Agus Sunyoto (2016) mengatakan lebaran ketupat adalah tradisi asli Indonesia. Hal itu diambil dari satu hadits, “man shoma ramadhana tsumma atba’ahu syi’ta minsyawwalin fakaana shama kasiyaamidahron” (Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti telah berpuasa selama setahun penuh) -HR Muslim.

    Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Kemudian, orang Indonesia menyebutnya kupat (ketupat) atau kupatan. Itu sebabnya, setelah puasa Syawal, ada hari raya ketupat yang artinya hari raya sempurna.

    Lalu, H.J de Graaf dalam Malay Annal menyebutkan bahwa ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah pada abad ke-15. Bungkus ketupat yang terbuat dari janur digunakan untuk menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur.

    Kemudian, masyarakat pesisir yang identik dengan makanan khas dengan bungkus janur tersebut membuat Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam. Ketupat semakin popular di kalangan umat Islam sendiri ketika Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai simbol lebaran ketupat, perayaan yang dilakukan pada 8 Syawal atau seminggu setelah Idul Fitri dan setelah enam hari berpuasa syawal.

    Tradisi menyajikan ketupat lalu berlanjut pada masa kerajaan Islam, yaitu pada masa Kerajaan Demak dan Mataram Islam. Pemandangan tersebut terlihat ketika masyarakat Keraton di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon melakukan upacara selametan yang disebut sekaten atau grebeg mulud yang dibarengi dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Ketupat menjadi bagian dari sajian penting dalam upacara tersebut.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm

    Baca Juga :   Tips Bijak Menghitung Angpao Lebaran agar Keuangan Tetap Stabil!

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI