Malam Lailatul Qadar Dinanti Umat Muslim, Ini Dalil Malam Seribu Bulan di Alquran & Hadits

    WARTABANJAR.COM – Salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu umat Muslim dalam bulan Ramadan adalah bisa meraih malam Lailatul Qadar.

    Lailatul Qadar atau yang kerap disebut sebagai malam seribu bulan atau dikenal menjadi momentum paling dicari-cari di bulan Ramadhan.

    Malam Lailatur Qadar ini terjadi pada salah satu malam saat sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil.

    Sejumlah umat Muslim pun memotivasi kembali semangat ibadahnya pada waktu-waktu tersebut dengan memperbanyak shalat malam, zikir, serta doa bersama.

    Lailatul qadar terdiri dari dua kata bahasa Arab, yakni ‘lailah’ dan ‘qadr’. Menukil buku Kedahsyatan Puasa oleh M. Syukron Maksum, kata ‘lailah’ artinya malam, sementara ‘qadr’ atau ‘qadar’ berarti ketentuan tuhan, kemuliaan, dan keagungan. Sehingga lailatul qadar bermakna malam keagungan juga malam kemuliaan.

    Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam dalam buku Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam yang diterjemahkan Kathur Suhardi, mengemukakan lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah dari malam-malam bulan Ramadan.

    Disebut lailatul qadar juga lantaran kebesaran dan mulia kedudukan malam tersebut. Ada pula yang menyebut demikian karena ketaatan atau ibadah di malam itu punya kedudukan tersendiri.

    Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah menyatakan lailatul qadar merupakan malam paling utama dalam sepanjang tahun. Untuk itu hendaknya agar menghidupkan lailatul qadar dengan berbagai ibadah dan amalan, seperti mendirikan sholat, dzikir, hingga membaca Alquran. Sebagaimana Nabi SAW juga meningkatkan amal ibadahnya untuk meraih malam ini.

    Untuk lailatul qadar sendiri tak diberitahukan secara pasti kapan waktunya. Namun Nabi SAW melalui sabdanya banyak mengungkap untuk mencari lailatul qadar di 10 malam terakhir bulan Ramadan.

    Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam buku Tuntunan Tanya Jawab menyebut lailatul qadar itu berpindah-pindah dari satu malam ke malam lain tiap tahunnya berdasarkan dalil-dalil.

    Dalil mengenai Malam Lailatul Qadar

    Baik dalam Alquran maupun hadits, malam lailatul qadar ini disebutkan dan dijelaskan. Berkut beberpa dalil mengenai keutamaan hingga waktu terjadinya lailatul qadar ini yang dikutip dari buku Fiqih Sunnah dan kitab Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.

    1. Surat Al-Qadr ayat 1-5 tentang kemuliaan lailatul qadar
    اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ – ١

    Arab Latin: Innā anzalnāhu fī lailatil-qadr(i)
    Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada Lailatulqadar.

    وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ – ٢

    Arab Latin: Wa mā adrāka mā lailatul-qadr(i)
    Artinya: Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu?

    لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – ٣

    Arab Latin: Lailatul-qadri khairum min alfi syahr(in)
    Artinya: Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.

    تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – ٤

    Arab Latin: Tanazzalul-malā’ikatu war rūḥu fīhā bi’iżni rabbihim min kulli amr(in)
    Artinya: Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.

    سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ – ٥

    Arab Latin: Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr(i)
    Artinya: Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.

    2. Riwayat Aisyah mengenai lailatul qadar di 10 malam ganjil terakhir Ramadan
    تَحَرَّوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

    Artinya: Nabi SAW bersabda, “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari & Muslim)

    3. Riwayat Ibnu Umar tentang lailatul qadar di 7 malam terakhir Ramadan
    أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

    Artinya: Ibnu Umar berujar, “Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Rasulullah SAW telah bermimpi melihat lailatul qadar pada tujuh hari yang terakhir (di bulan Ramadan). Beliau bersabda, ‘Menurut pendapatku, mimpimu itu bertepatan dengan tujuh hari yang terakhir. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin mencarinya, hendaklah dia mencarinya pada tujuh hari yang terakhir.” (Muttafaq Alaih)

    4. Riwayat Ibnu Umar mengenai lailatul qadar di malam ke-27 Ramadan
    مَنْ كَانَ مُتَحَرِّهَا، فَلْيَتَحَرَّهَا فِي لَيْلَة سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ

    Artinya: Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berusaha menggapainya (lailatul qadar), hendaknya dia berusaha menggapainya pada malam kedua puluh tujuh.” (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud & Tirmidzi)

    5. Riwayat Aisyah tentang menghidupkan malam lailatul qadar dengan ibadah
    كَانَ رَسُولُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ-أَيْ: الْعَشْرُ الأخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ – شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

    Artinya: Aisyah menuturkan, “Jika telah masuk pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malam harinya, dan membangunkan keluarganya.” (Muttafaq Alaih)

    6. Riwayat Aisyah mengenai berdoa di malam lailatul qadar
    قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ، مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

    Artinya: Aisyah berkata, “Saya pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika saya mendapati malam lailatul qadar, apa yang harus saya ucapkan pada malam tersebut?’ Beliau menjawab, ‘Hendaklah kamu membaca doa, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah segala kesalahanku).” (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i & Ibnu Majah)

    7. Riwayat Abu Hurairah perihal menghidupkan lailatul qadar dengan sholat
    مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

    Artinya: Rasul SAW bersabda, “Siapa yang mengerjakan sholat pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah SWT, maka dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi & Ahmad).(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI