WARTABANJAR.COM, SURABAYA – Ratusan warga Jawa Timur dilaporkan terserang pengakit leptospirosis atau kencing tikus.
Tercatat ada 249 warga terdeksi terpapar penyakit ini, dan dilaporkan sembilan orang meninggal dunia.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan kasus leptospirosis yang saat ini ditemukan sudah sangat mengkhawatirkan.
Hingga 5 Maret saja sudah terdeteksi 249 kasus, dibandingkan jumlah kasus sepanjang 2022 yang mencapai 606 kasus.
“Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus Leptospirosis pada tahun 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus. Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini.,” kata Khofifah dalam keterangan tertulis, Selasa (7/3/2023).
Baca juga: Jurus Agar Tak Gagal Ujian SIM, Simak Buku Panduannya Ini, Ada E-Book
Menurut Khofifah, meski memiliki gejala mirip DBD, leptospirosis bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri leptospira.
Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan.
Penyakit ini, kata Gubernur, bisa menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka atau mukosa.
Ketika banjir melanda, tikus biasanya keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia. Sehingga kotoran dan air kencingnya bercampur dengan air banjir.
“Apabila ada orang yang memiliki luka kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit,” kata Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, Direktur Jendera Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan.