WARTABANJAR.COM, ANKARA – Pemerintah melalui Kemlu terus memantau kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Turki, pascagempa dahsyat magnitudo 7,8.
Informasi terakhir dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu), per 7 Februari jumlah WNI yang luka bertambah menjadi 10 orang.
Dari jumlah tersebut, empat orang sudah ditangani di rumah sakit setempat, yakni di Kahramanmaras satu orang dan di Hatay tiga orang.
Pihak Kemlu menyebutkan, enam orang pekerja spa therapist di Hatay mengalami patah tulang dan tidak dapat tertampung di rumah sakit setempat sehingga akan dievakuasi ke Ankara.
Selain jumlah korban luka, lima WNI masih hilang kontak (lost contact).
Yakni, 1 orang ibu dengan 2 anak di Antakya hingga saat ini belum bisa dihubungi.
Dan dua orang pekerja spa therapist di Dyarbakir hingga saat ini belum dapat dihubungi.
“KBRI Ankara terus upayakan melalui otoritas setempat, simpul-simpul masyarakat Indonesia dan Satgas Perlindungan WNI setempat,” tulis Kemlu melalui rilisnya dikutip wartabanjar.com Rabu (8/2/2023).
Baca juga: Baru Mendarat di Bandara Ngurah Rai, Buronan Asal Italia Ini Diringkus Imigrasi Bali
KBRI sudah menerima permintaan evakuasi dari 104 orang WNI (40 Gaziantep, 40 Kahramanmaras, 14 Dyarbakir, 9 Hatay, 1 Adana).
Pada umumnya tempat tinggal/asrama hancur, sementara penampungan yang disediakan otoritas setempat sudah penuh, suhu berkisar antara 4 derajat hingga -7 derajat di lokasi gempa disertai badai salju.
Pada 7 Januari 2023 dini hari, Dubes RI bersama Tim KBRI Ankara menuju Gaziantep (6 jam dari Ankara) untuk menyerahkan Bantuan Kemanusiaan Tahap I dari Pemerintah RI berupa 1 kontainer bahan makanan. Bantuan kemanusiaan tersebut akan diserahkan kepada Bulan Sabit Turki (Kizilay).