Adapun dari segi penjualan, Adi melanjutkan, jika kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk membeli beras campur, antara beras Pamanukan dan beras Banjar.
“Belinya dicampur aja, karena itu di teksturnya yang mirip. Maka dicampur pun tetap enak,” tutur Adi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh penjual nasi di Banjarmasin, Tina menyatakan, jika nasi yang Ia jual merupakan beras campuran antara beras Pamanukan dan Banjar.
“Dicampur aja karena kalau beli yang Banjar aja itu mahal, jadi dicampur aja keduanya. Teksturnya sama aja, tidak beda,” ungkap Tina.
Tina membeberkan jika selama Ia berjualan, pelanggan dan pembeli di warungnya tidak pernah protes akan rasa nasi yang berbeda.
“Tidak ada yang protes sejauh ini, karena pas dicampur tidak merusak rasa,” pungkasnya.
Diketahui kenaikan beras Banjar mencapai Rp 2 ribu per liter. Misalnya harga beras Usang Rp 15 ribu per liter, pernah mencapai Rp 17 ribu per liter.
Sementara beras Pemanukan dihargai Rp. 12.500 per liter, yang sebelumnya Rp12.000. (est)
Editor Restu