“Mau tidak mau ya berjalan kaki kami ke pasar, kelotok ya ditinggal disini saja,” papar Nurdin.
Ia juga mengakui, keberadaan pampangan ini sangat mengganggu dirinya dan juga motoris kelotok yang lainnya.
“Tentu saja sangat terganggu, karena kami ingin cepat mau pergi ke pasar,” kata Nurdin.
Sementara untuk jalan alternatif lain, ungkap Nurdin, sangat jauh karena harus memutar melalui kawasa Basirih.
“Kalau harus memutar itu sangat jauh, perlu lebih banyak minyak lagi kalau lewat sana, selisihnya bisa sampai 10 liter,” pungkasnya. (Qyu)
Editor Restu