Selain beras, daging juga turut mengalami gejolak harga yang sangat signifikan dalam kurun waktu 4 sampai 6 bulan terakhir.
“Biasanya daging harganya Rp 130 ribu namun tadi mencapai harga Rp 160 ribu dan itu tidak ada penurunan harga,” bebernya.
Penyebabnya adalah karena beberapa waktu lalu ada penyebaran virus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) sehingga tidak ada izin kirim dari Pulau Jawa dan tidak bisa masuk ke pasaran Kota Banjarmasin,” ujarnya.
Pemerintah akan tetap memantau selama 6 bulan ke depan dengan harapan harga-harga pangan bisa dikendalikan dan memastikan tidak adanya gangguan distribusi.
“Saya membayangkan peringatan Nataru di bulan Desember-Januari, lalu Acara Peringatan Sekumpul, kemudian masuk bulan Ramadhan dan Lebaran, tentu harus bisa memastikan tidak adanya gangguan di distribusi, karena kalau ada pasti akan menimbulkan gejolak harga,” tuturnya.
Sesuai arahan Kemendagri (Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia), pemerintah boleh menyubsidi transportasi untuk kebutuhan pangan.
“Tetapi kalau di Kota Banjarmasin itu tidak signifikan, transportasi itu disubdisi makanya kita harus langsung ke objeknya,” paparnya.
Untuk mencegah kelangkaan pangan dan harga lebih terjangkau, pemerintah menyediakan pasar murah dan bantuan-bantuan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang diharapkan bisa membuat inflasi menurun sebelum akhir tahun.
“Sebelum diumumkan lagi oleh pemerintah pusat terkait angka-angka inflasi, mudah-mudahan upaya-upaya yang kita lakukan selama ini bisa membuat angka inflasi menurun,” tutupnya. (ina)