Amirullah mengungkapkan bahwa dari awal terjadinya kasus hingga saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan unsur terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan, dalam hal upaya penanganan dan pencegahan munculnya serupa.
“Kami dari Pemerintah Desa juga mengambil langkah konkrit, dengan mengumpulkan warga yang berada di wilayah rawan DBD untuk kemudian kami sosialisasikan bersama dengan Dinas Kesehatan,” sebut Amirullah.
Dengan dicanangkannya PSN, Kepala Desa Sejahtera itu mengaku siap bekerja sama dengan lintas sektor terkait dalam menjaga gerakan menjaga kebersihan ini berjalan secara berkelanjutan, lebih optimal, serta memberikan pemahaman yang baik kepada warga.
Jika komitmen dapat berjalan dengan optimal, maka target penurunan stunting tahun 2024 bisa mencapai sekitar 14 persen, terlebih lagi untuk menekan angka penurunan stunting di Kalsel yang saat ini tertinggi ke-6 se-Indonesia yakni sebesar 30% berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia tahun 2021.
Dia mencontohkan, selain faktor gizi anak, juga ada faktor eksternal seperti dengan penyediaan air bersih, sanitasi yang baik dan rumah layak huni, merupakan sekian contoh dari perlu adanya dukungan dari dinas terkait.
Bahkan, angka perkawinan dini di Kalsel yang tinggi dan kesadaran gizi yang rendah juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit stunting pada anak.
“Seribu hari pertama kehidupan merupakan hari keemasan pada anak, oleh sebab itu kepada ibu-ibu hamil untuk tolong memperhatikan nutrisi yang diberikan pada anak, seperti pemberian makanan tambahan setelah umur 6 bulan dengan ikan segar dan telur untuk mengisi nutrisi pada otak anak,” ujar Hamdan. (mctanbu)