“Kalau saya tidak keliru, 25 tahun sudah kondisinya seperti ini. Yang paling parah, itu lima tahun terakhir,” jelasnya.
Di sisi lain, Sahibun juga mengungkapkan betapa vitalnya jalan di kawasan tersebut. Pasalnya jalan itu juga kerap menjadi jalan alternatif.
Khususnya, ketika perempatan Jalan Gatot Subroto, Benua Anyar, Veteran dan Sungai Lulut mengalami kemacetan.
“Kalau tidak diperbaiki, saya rasa kemacetan bisa terus terjadi di perempatan jalan itu,” jelasnya.
Sahibun lantas menambahkan bahwa ia mengaku pernah melihat pegawai kedinasan yang memantau. Tapi hanya sekali. Setelah itu, tak ada lagi.
“Ketika air mulai pasang, ketinggiannya bisa mencapai satu meter. Tak bisa dilalui kendaraan roda dua. Pernah ada pengendara yang mencoba melintas, tapi justru tercebur ke sungai. Dan tentu, kita semua tak ingin kejadian serupa terulang lagi,” tutupnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Jalan dan PJU di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin, Chandra, menjelaskan pihaknya sudah mencanangkan perbaikan untuk kawasan tersebut.
“Sudah kami coba anggarkan di tahun 2021. Dengan anggaran biaya Rp 45 miliar. Cuma karena keterbatasan anggaran, tak bisa dikerjakaan di tahun ini,” jelasnya.
Kendati demikian, Ia menjanjikan bakal kembali mengusulkan perbaikan itu di tahun depan. Alias di tahun 2022.
“Semoga bisa terakomodir untuk pelaksanaannya,” harapnya.
Chandra mengakui, bahwa pihaknya juga tidak bisa melakukan perbaikan sementara. Baik itu dengan melakukan pengurukan tanah atau bebatuan. Alasannya, karena penanganannya sudah direncanakan.