Terbayang Neraka Saat Kritis, Preman Jadi Pendakwah di Pedalaman Kalimantan Timur dan Tonton Videonya

    WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN – Tidak ada yang menyangka perjalanan hidup Ustadz Sholah Noor begitu Luar biasa. Pada tahun 1989 di usianya yang baru menginjak 17 tahun, dirinya nekat untuk merantau ke pulau jawa. Tujuannya adalah tentu saja mencari kehidupan yang lebih baik. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dirinya terjerembab ke dalam dunia hitam.

    Kala itu dirinya tergabung dengan salah satu geng terbesar di daerah Surabaya bernama Buaya Horor.

    Tentu saja bisa dibayangkan apa yang terjadi kemudian. Ya dirinya sangat akrab dengan yang namanya perkelahian atau tawuran. Beberapa tahun kemudian ia memutuskan kembali ke tanah kelahirannya Banjarmasin.

    Namun tidak bertahan lama jiwanya yang masih sangat labil kembali ingin merasakan petualangan dan tantangan merantau di tempat lain. Kali ini Kalimantan Tengah menjadi tujuannya.

    Tidak jauh dari apa yang terjadi seperti ketika merantau di Surabaya, di Kalimantan Tengah kembali dirinya bergaul dan berkumpul dengan geng di daerah Palangkaraya. Tepatnya di Pasar Flamboyan sebutannya ketika itu. Perkelahian dan perebutan wilayah kekuasaan membuatnya terjerembab ke dalam banyak masalah.

    Pada tahun 1995 dirinya memutuskan kembali ke Banjarmasin dan menikah. Momen pernikahan yang terjadi ternyata belum membawa perubahan dalam dirinya. Kebiasaan buruk seperti minum minuman keras dan tawuran masih saja dilakukannya. Kebiasaannya itu benar benar berakibat buruk dalam rumah tangganya. Pada tahun 1996 ketika anak pertamanya lahir dirinya pun kembali merantau. Kalimantan Timur menjadi tujuan berikutnya.

    Ia berharap perantauannya kali ini membawa arus kehidupannya ke arah yang lebih positif. Karena kebingungan dan tak menemukan pekerjaan yang layak ketika tiba di sana, akhirnya kembali yang terjadi dirinya terjerembab dalam dunia premanisme.

    Baca Juga :   Gubernur Kalsel H Muhidin Desak BNPB RI Secepatnya Lakukan Modifikasi Cuaca di Banua

    Perkelahian memperebutkan wilayah sudah menjadi makanannya setiap hari hingga ia memiliki 37 lapak dan lahan parkir di sana. Hingga akhirnya ia menjadi buronan dan melarikan diri ke daerah Long Apari pedalaman Kalimantan Timur.

    Dalam pelariannya ia mencoba untuk bertahan hidup dengan mengembangkan usaha walet. Namun dalam usahanya mengembangkan usaha tersebut tak mampu membuatnya terbebas dari cengkeraman dunia hitam.

    Maksiat demi maksiat masih terus dilakukannya. Namun kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sungguh tak terbatas, melalui penyakit demi penyakit yang mulai dideritanya kala itu, perlahan pintu hidayah pun mendekat.

    Tubuhnya mulai menolak setiap makanan haram. Puncaknya ia mengalami over dosis hingga tiga kali dan over dosis yang ketiga inilah dirinya benar-benar dalam posisi sekarat dan hampir mati.

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI