Oleh : Muhammad Rijal Fathoni, S.Pd.I
WARTABANJAR.COM – Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, bulan yang disebut-sebut bulan penghapus dosa, semoga kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang terhapus dosanya.
Kita Sekarang berada di Bulan Syawal, bulan ke 10 didalam penanggalan tahun hijriyah, dimana pada ini bulan kita Kaum Muslimin kembali diingatkan satu amaliyah yang sangat disayangkan apabila di tinggalkan, yaitu enam hari Puasa Sunat Syawal.
Diantara keutamaan Puasa Sunat Syawal adalah :
Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra, Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti penuh penuh .” (HR. Muslim, no. 1164).
Niat puasa sunah Syawal tidak harus diucapkan pada malam hari atau saat sahur sebagaimana puasa Ramadhan.
Mereka yang pada malam hari tidak niat puasa Syawal, akan tetapi di pagi sampai gelincir matahari ia berniat menjalankan puasa Syawal, maka boleh-boleh saja meniatkannya secara mendadak, dengan catatan, hingga pagi atau siang itu ia belum makan atau minum dan melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Adapun Lafadz niatnya :
” Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ “
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
Mengenai niat, banyak pertanyaan dari masyarakat bolehkah mengabungkan Qadha Puasa Ramadhan dengan Puasa Sunat Syawal ??
Maka Penulis Ustadz Muhammad Rijal Fathoni menjawab, dari Pendapat Imam Zakariya Al Anshori, dari kalangan mazhab Syafi’i, mengutip dari Syaik Atthiyah Saqar dalam Kitab Fatawa Al Azhar.