Sebelum itu, dia juga sudah mempelajari soal Islam dan agama lainnya.
Dia mengaku tumbuh dalam keluarga dengan keyakinan yang berbeda-beda.
“Jadi dulu gue punya orang deket, jadi anak yang diangkat anak oleh kakek gue,” lanjutnya.
Ketika sang kakek meninggal dunia, orang itu yang mengazani kakeknya.
Tertarik dengan Islam, dia kemudian sering memperhatikan orang itu salat.
“Gue duduk di sampingnya. Gue ikutin,” katanya lagi.
Saat itu dia masih menganut keyakinan agnostik
Dia juga senang memperhatikan ibadah tantenya yang berbeda lagi agamanya.
Sampai akhirnya, bapak tiga anak ini memutuskan menganut agama Islam.
Soal itu, dia punya alasan sendiri.
“Gue nyaman, gue seneng, gue yakin bahwa segala sesuatu harus ada titiknya. Itu aja. Dan gue merasa bisa berbuat banyak hal. Menjadikan diri gue sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Jadi bukan hanya pencapaian spiritual buat diri gue, tapi pencapaian spiritual eksternal,” tandasnya. (brs/berbagai sumber)
Editor: Yayu Fathilal