WARTABANJAR.COM – Emas tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah mencatat kenaikan dua hari berturut-turut, setelah kenaikan Wall Street memperburuk daya tarik logam kuning namun penurunan lebih lanjut dibatasi oleh melemahnya dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, tergerus 3,6 dolar AS atau 0,21 persen menjadi ditutup pada 1.738,10 dolar AS per ounce.
Akhir pekan lalu, Jumat (19/3/2021), emas berjangka terangkat 9,2 dolar AS atau 0,53 persen menjadi 1.741,70 dolar AS.
Emas berjangka juga menguat 5,40 dolar AS atau 0,31 persen menjadi 1.732,50 dolar AS pada Kamis (18/3/2021), setelah merosot 3,8 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.727,10 dolar AS pada Rabu (17/3/2021), dan menguat 1,7 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.730,90 dolar AS pada Selasa (16/3/2021).
“Emas seharusnya lebih tinggi namun itu tidak. Itu benar-benar menunjukkan pasar yang lemah jika korelasi normal (seperti dolar yang lebih lemah) tidak bertahan,” kata David Madden, analis di CMC Markets Inggris, menambahkan emas bisa tergelincir lebih jauh jika dolar dan imbal hasil menguat.
Emas merosot selama sesi karena investor berbondong-bondong ke dolar dan obligasi pemerintah, dihantui oleh keputusan Turki untuk mengganti kepala bank sentralnya dengan kritik terhadap suku bunga tinggi.
“Jika warga (Turki) khawatir bahwa lira lemah, mereka akan membeli dolar AS atau emas, tetapi di sinilah ketakutan datang – bahwa kontrol modal akan menghentikan uang masuk ke negara itu … ini menjadi sulit bagi orang-orang mendapatkan dolar, dan sebagai gantinya emas, dalam beberapa minggu ke depan,” kata Madden dari CMC.