Pembunuhan itu telah memicu kemarahan di Barat dan telah dikecam oleh sebagian besar negara demokrasi di Asia.
Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada junta.
China, sementara itu, mengatakan prioritasnya haruslah stabilitas dan negara lain tidak boleh ikut campur.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan penghormatan pada pemilihan November lalu yang dimenangi oleh partainya secara besar-besaran tetapi ditolak oleh tentara.
Tentara mengatakan akan mengadakan pemilihan demokratis pada tanggal yang tidak ditentukan.
Pelobi Israel-Kanada, Ari Ben-Menashe, yang dipekerjakan oleh junta militer Myanmar, mengatakan kepada Reuters bahwa para jenderal ingin meninggalkan politik dan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan menjauhkan diri dari China.
Dia mengatakan Suu Kyi menjadi terlalu dekat dengan China untuk disukai para jenderal.
Ben-Menashe mengatakan dia juga telah ditugaskan untuk mencari dukungan Arab untuk rencana pemulangan pengungsi Rohingya, ratusan ribu di antaranya diusir dari Myanmar pada 2017 dalam tindakan keras militer setelah serangan pemberontak.
Pemimpin Junta dan panglima militer, Min Aung Hlaing telah berada di bawah sanksi Barat bahkan sebelum kudeta atas perannya dalam operasi itu, yang menurut penyelidik PBB dilakukan dengan “niat pembasmian.” (ant)
Editor: Yayu Fathilal