Fajri mengatakan, vaksin Sinovac atau vaksin COVID-19 lainnya tidak akan menyebabkan sakit COVID-19. Kalaupun seseorang dinyatakan positif pasca vaksinasi, maka bisa jadi ada penularan di wilayah orang itu tinggal atau berdiam atau sebelumnya dia sudah terkena COVID-19.
“Ketika kuman masuk ke dalam tubuh tidak langsung membuat sakit tetapi butuh waktu 2-14 hari. Misalnya saya 10 Februari disuntik, seminggu kemudian saya sakit COVID-19, apa karena vaksin? Tidak. Dia sudah tertular sakit COVID-19 akhir Januari sampai awal Februari,” kata dia.
Para penyintas COVID-19 bisa divaksin karena sejauh ini belum ada bukti penyakitnya menjadi lebih berat setelah vaksinasi. Kementerian Kesehatan menyatakan penyintas COVID-19 yang sudah melewati tiga bulan pasca penyakitnya boleh divaksin.
Setelah vaksinasi, Anda tak berarti kebal COVID-19 karena vaksin belum dirancang mencegah penularan penyakit yang menjadi pandemi sejak tahun lalu itu. Anda masih bisa terkena COVID-19 pasca Anda divaksin, tetapi gejalanya tidak berat.
“Anda jika terinfeksi harus diisolasi dan mampu menularkan,” tutur Fajri.
Sejauh ini, kontraindikasi orang divaksin COVID-19 yakni orang yang memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu di dalam vaksin dan punya penyakit autoimun.