WARTABANJAR.COM – Sejumlah negara di Eropa mengalami pengurangan jumlah jemaat yang datang ke gereja. Beberapa gereja pun kini beralih fungsi, mulai dari jadi bar hingga tempat bermain skateboard.
Fenomena ini sudah mulai terlihat dalam beberapa tahun belakangan di sejumlah negara Eropa, seperti Jerman, Belgia, Belanda, Inggris, Skotlandia, hingga Swedia.
Di Jerman, angka jemaat Katolik yang meninggalkan gereja bahkan mencapai rekor. Berdasarkan data Majelis Pendeta Jerman (DBK), sebanyak 522.821 jemaat meninggalkan gereja Katolik pada 2022.
Karena makin sepi jemaat hingga beberapa gereja beralih fungsi, mulai dari jadi bar sampai tempat bermain skateboard.
BACA JUGA: Kontak Senjata di Sugapa Papua, Ratusan Warga Mengungsi ke Gereja
Fenomena ini terlihat di sejumlah negara Eropa, seperti Jerman, Belgia, Belanda, Inggris, Skotlandia, hingga Swedia.
Diberitakan Deutsche Welle, jumlah jemaat yang meninggalkan gereja katolik di Jerman bahkan melonjak hingga 522.821 orang pada 2022. Angka ini meningkat dari semula 359.338 jemaat pada 2021.
Terungkap Permasalahannya?
Fenomena di Jerman ini ditengarai terjadi akibat sejumlah skandal yang menimpa gereja, salah satunya pelecehan seksual pastur terhadap jemaat.
Selain skandal, masalah “pajak gereja” jemaat juga diduga menjadi penyebab gereja di Jerman banyak ditinggalkan. Pasalnya, biaya yang dipungut dari jemaat cukup tinggi, yakni 8-9 persen dari penghasilan mereka.
Sementara itu, menurut Uskup Agung Canterbury Inggris, Justin Welby, penurunan jemaat di gereja-gereja Inggris semata-mata karena “kegagalan pribadi”.
Dia berujar sebagai Uskup Agung, dirinya tak yakin hal apa lagi yang bisa dilakukan untuk menggaet jemaat. Sebab pada akhirnya, semuanya “bergantung pada Tuhan dan pemeliharaan Tuhan.”
“Pada akhirnya, gereja tidak berada di tangan Uskup Agung individu yang independen. Masa depan gereja, kelangsungan hidupnya atau sebaliknya, tidak bergantung pada Uskup Agung, melainkan pada Tuhan dan pemeliharaan Tuhan,” kata Welby seperti dikutip The Telegraph.
Di Inggris sendiri, umat Kristen pada 2021 jumlahnya kurang dari setengah populasi Inggris dan Wales. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah sensus.
Sensus yang diterbitkan Kantor Statistik Nasional menunjukkan bahwa 46,2 persen populasi (27,5 juta orang) menggambarkan diri mereka sebagai Kristen. Jumlah ini turun 13,1 persen dari semula 59,3 persen atau sekitar 33,3 juta orang pada 2011.
Sementara itu, menurut Hans Knippenberg dalam jurnal berjudul Secularisation and the rise of Immigrant Religions: The Case of the Netherlands, orang-orang di Belanda tak lagi mau datang ke gereja karena menganut paham sekuler atau sekularisasi.
Sekularisasi adalah kondisi ketika seseorang mengalami keadaan seperti modernisasi dan rasionalisasi sehingga hidupnya tidak didasarkan pada ajaran agama.
Selain itu, Belanda juga tiap tahun banyak kedatangan imigran yang menganut agama lain seperti Muslim, Yahudi, Hindu, dan Buddha. Karenanya, populasi umat Kristen di sana kian menipis.
Mau Dibeli Muhammadiyah
Gereja-gereja Eropa yang dulu dipadati jemaat pun kini sepi. Beberapa gereja lantas dialihfungsikan, mulai dari menjadi tempat hiburan hingga hotel.
Di Belgia, misalnya, satu bangunan gereja terbengkalai disulap menjadi kelab malam. Gereja Anglikan itu diambil alih oleh kelab malam Spirito.
Gereja Hati Kudus di Kota Mechelen juga dialihfungsikan menjadi kafe dengan panggung konser.
Satu bekas gereja Fransiskan di Mechelen juga diubah menjadi hotel mewah, tempat bintang musik Stromae menghabiskan malam pernikahannya.
“Ini menyakitkan. Saya tidak akan menyembunyikannya. Di sisi lain, tidak ada kemungkinan untuk kembali ke masa lalu,” kaat Johan Bonny, uskup Antwerpen, kepada Associated Press.
Fenomena seperti ini disebut-sebut paling banyak terjadi di Flanders, utara Belgia, di mana berdiri beberapa katedral terbesar di benua tersebut.
Wali Kota Flanders, Bart Somers, sendiri sudah terlibat dalam proses alih fungsi sekitar 350 gereja di kawasan tersebut.
“Di kota saya, ada tempat pembuatan bir di sebuah gereja. Kami punya pusat budaya di gereja, punya perpustakaan di gereja. Jadi kami memiliki banyak fungsi baru untuk gereja-gereja ini,” kata Somers.
Sementara itu, di Arnhem, Belanda, Gereja Katolik Roma St. Joseph dijadikan lapangan skateboard pada 2015 silam.
Gereja itu dulunya dipadati oleh 1.000 jemaat Katolik.
“Kami berada di tanah tak bertuan,” kata Collin Versteegh, pemuda 46 tahun yang mengoperasikan taman skateboard tersebut, seperti dilaporkan Wall Street Journal.
Di Inggris, sekitar 20 gereja ditutup setiap tahunnya. Beberapa di antaranya kemudian juga dialihfungsikan.
Di Bristol, bekas gereja St Paul diubah menjadi sekolah pelatihan sirkus Circomedia. Operator mengatakan langit-langit gereja sangat cocok untuk peralatan atraksi udara, seperti trapeze.
Pada 2015, sekitar 200 gereja Denmark juga dianggap tidak layak atau kurang dimanfaatkan.
Di Edinburgh, Skotlandia, gereja Lutheran diganti menjadi bar bertema Frankenstein. Frankenstein seukuran aslinya bakal turun dari langit-langit tiap tengah malam.
BACA JUGA: Ratusan Umat Katolik Hadiri Kegiatan Tablo Jumat Agung di Gereja Katedral
Fenomena serupa juga terlihat di Spanyol. Muhammadiyah Jawa Timur bahkan ingin membeli salah satu gedung gereja di Spanyol untuk dijadikan masjid.
Rencana itu disampaikan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) cabang Jawa Timur dalam jumpa pers virtual pada 5 November 2022 lalu.
Dalam keterangan resminya, Ketua PWM Jatim Saad Ibrahim mengatakan gereja yang tidak disebutkan namanya itu dijual dengan harga sekitar €3 juta atau setara Rp49 miliar.(wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor: didik tm
FAKTA Gereja-gereja di Eropa Makin Sepi Jemaat, Dibikin Bar, Hotel dan Mau Dibeli Muhammadiyah Rp 49 Miliar
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com