WARTABANJAR.COM – Kenaikan harga beras Banjar seperti siam, unus, dan mutiara diakibatkan oleh gagal panen, diserang hama serta faktor lainnya yang mengakibatkan berkurangnya produksi.
Hal tersebut disampaikan kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Birhasani saat memberikan tanggapan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini.
“Jika ada sumber yang mengatakan beras yang dimaksud mengalami kenaikan adalah beras banjar lokal seperti mutiara, unus dan siam, itu adalah jenis beras bukan sekelas premium tapi lebih tinggi kualitas beras khususnya dan tidak ada aturan harga eceran tertinggi,” tegas Birhasani.
Baca Juga
BMKG Umumkan Kemunculan Siklon Tropis Freddy
Sementara itu, beras premium pemerintah kualitasnya dibawah daripada beras Banjar, dan saat ini harganya normal dan stoknya pun sangat banyak.
“Beras unus, siam, mutiara sekarang harganya Rp21.000,00 sampai Rp21.500,00/kg. Namun kalau jenis sekelas premium beras Sihirang harganya Rp11.000,00 sampai Rp12.000,00 saja,” jelas Birhasani.
Birhasani menyampaikan, beras khusus atau beras Banjar memiliki kualitas yang tidak bisa dibandingkan dengan beras premium.
“Masyarakat Banjar rata-rata mengkonsumsi beras khusus, karena gagal panen dan permintaan masih tinggi. Maka harga turut melambung tinggi,” ujar Birhasani.
Menyikapi hal tersebut Birhasani mengharapkan, masyarakat serta pihak manapun lebih cerdas dalam membedakan harga beras khusus atau beras Banjar tersebut dengan beras premium atau medium. (aqu/MC Kalsel)