Riset ini didukung secara resmi melalui surat tugas dari Sekretariat Daerah HST yang menugaskan Sa’dianoor mewakili daerah dalam forum ilmiah internasional tersebut.
“Saya diamanahkan untuk membawa analisis batas wilayah HST–Kotabaru ke forum internasional, memperkuat posisi ilmiah, serta mendorong advokasi berbasis data dan geospasial terkait hak masyarakat adat,” jelasnya.
Keberhasilan ini sekaligus membuktikan bahwa penelitian dari daerah mampu bersaing di level global. Sa’dianoor sendiri dikenal aktif menulis, melakukan riset lapangan, dan menyusun bahan ajar di bidang Sistem Informasi Geografis serta metodologi penelitian.
Penghargaan yang diterimanya diambil dari nama Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc., tokoh penting penginderaan jauh Indonesia yang kini menjabat Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Perannya sebagai diplomat sains dinilai berjasa dalam menghubungkan riset, kebijakan, dan kolaborasi internasional.
Ketua Dewan Juri, Dr. Agustan, turut memberikan apresiasi.
“Penelitian ini menunjukkan sinergi antara teknologi, empati sosial, dan kearifan adat. Karya tersebut memberikan kontribusi nyata untuk penyelesaian batas wilayah berbasis data dan partisipasi masyarakat,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal AARS, Prof. Kohei Cho, menyebut penghargaan baru ini sebagai momentum penting bagi dunia penginderaan jauh Asia.
“Indroyono Soesilo Award menjadi tonggak sejarah ACRS. Untuk pertama kalinya konferensi menghadirkan penghargaan yang menekankan kolaborasi lintas sektor dan dampaknya bagi masyarakat. Kami berterima kasih kepada MAPIN dan Indonesia atas inisiatif visioner ini,” ucapnya.

