WARTABANJAR.COM, BARABAI – Prestasi membanggakan datang dari pegunungan Meratus. Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) kembali menorehkan nama di panggung ilmiah dunia setelah penelitian tapal batas HST–Kotabaru yang dipimpin Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman HST, Dr. Ir. H. Sa’dianoor, meraih Indroyono Soesilo Award 2025 pada ajang bergengsi The 46th Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) di Makassar.
Penghargaan tersebut diberikan untuk riset mendalam terkait sengketa batas administratif HST–Kotabaru, isu yang selama bertahun-tahun menjadi sumber perdebatan sosial dan pemerintahan. Sa’dianoor tampil di hadapan para ilmuwan, akademisi, dan peneliti geospasial dari berbagai negara, mewakili Pemerintah Daerah HST dalam presentasi ilmiah yang memaparkan hasil penelitian timnya.
“Penelitian yang kami bawakan berjudul Analysis of Field Survey and Interview on the Rejection of Manggajaya Indigenous Council Related to Administrative Boundary Agreement Between Hulu Sungai Tengah and Kotabaru Regency, dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris,” ujar Dr. Sa’dianoor kepada wartabanjar.com, Sabtu (15/11/2025).
Penghargaan ini semakin spesial karena menjadi kali pertama dalam sejarah ACRS—yang digelar sejak 1980—Asian Association on Remote Sensing (AARS) memperkenalkan kategori apresiasi baru terhadap sinergi akademik, pemerintah, dan industri. Kategori tersebut merupakan kerja sama antara AARS dan MAPIN/ISRS Indonesia.
Dalam penelitiannya, Sa’dianoor menggabungkan berbagai metode ilmiah: survei lapangan berbasis GPS, wawancara mendalam bersama tetua adat Meratus, analisis citra satelit SPOT, Google Maps, dan DEM, hingga kajian hak ulayat masyarakat adat. Pendekatan multidisipliner ini dipuji juri karena mampu menyatukan teknologi geospasial modern dengan kearifan lokal, menghasilkan model penyelesaian sengketa batas wilayah yang inklusif dan berbasis bukti. Atas inovasi tersebut, penelitian ini juga meraih Honorable Mention.

