“Bekerja sama dengan pihak ketiga yang fokus pada daur ulang sampah organik dan anorganik dapat membantu memperpendek proses pengolahan sampah,” jelasnya.
Selain itu, pengolahan sampah komunal di tingkat Rukun Tetangga (RT) juga perlu diaktifkan agar sampah tidak menumpuk di TPS.
Terkait wacana pembangunan insinerator sebagai alternatif pengelolaan sampah, Dr. Akbar menilai bahwa saat ini belum saatnya diterapkan.
“Insinerator masih belum ramah lingkungan karena teknologi untuk mengatasi pencemarannya belum tersedia,” ungkapnya.
“Ditambah lagi biaya operasionalnya yang sangat tinggi,” sambung Dr. Akbar.
Lebih lanjut, Dr. Akbar menyoroti pentingnya perbaikan sistem pengelolaan sampah di TPS dan TPA. Ia menyarankan agar TPS memiliki tempat khusus untuk memilah sampah organik dan anorganik agar tidak tercampur kembali saat sampai di TPA.
“Saat ini, meskipun sebagian warga sudah memilah sampah dari rumah, sampah tersebut kembali tercampur saat masuk ke TPS dan TPA, sehingga upaya memilah sampah menjadi tidak efektif,” tuturnya.
Sebagai solusi tambahan, Dr. Akbar mengusulkan inovasi untuk mengatasi sampah yang meluber ke jalan, seperti pemasangan pembatas atau penerapan sistem penjadwalan pembuangan sampah ke TPS berdasarkan perkiraan volume sampah dari permukiman warga.(Ramadan)
Editor Restu