Peneliti BRIN Sebut Libur Sekolah Selama Ramadhan Berpotensi Munculkan Kenakalan pada Anak

    Menurutnya, Ramadhan menjadi momen bagi anak Muslim dan non-Muslim untuk saling belajar toleransi dan mempererat rasa persaudaraan antarumat beragama.

    “Ramadhan ini justru menjadi momentum mempererat rasa persaudaraan antarumat beragama. Ini menjadi ruang untuk memperkaya wawasan yang ada di antara mereka. Justru jangan libur, karena mereka punya kesempatan untuk belajar, misal anak Muslim ketemu teman-teman yang non-Muslim mereka bisa saling bercerita,” ucapnya.

    Baca juga:Bareskrim Sita Hotel Aruss Semarang, Diduga Hasil Judol

    Senada, Guru Madrasah di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Jakarta Iman Zanatul Haeri menyatakan tidak setuju dengan wacana libur selama Ramadhan.

    Menurutnya, banyak capaian akademik formal bagi anak yang tidak tercapai jika ada libur selama satu bulan penuh pada Ramadhan.

    “Ini jelas sekali yang dalam satu bulan ada kurikulum yang harusnya dicapai, tiba-tiba diliburkan. Ini kekurangan belajarnya nanti dibayarnya di mana? Puasa saja, dibayar, masa belajar tidak,” ujarnya kepada NU Online pada Ahad (5/1/2025).

    Iman mengatakan bahwa dengan pengurangan jam belajar selama satu bulan, yang terkena dampak kerugiannya adalah anak didik karena kehilangan materi yang seharusnya mereka dapatkan.

    Baca juga:Pro-Kontra Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Ini Kata Ketua PBNU Gus Yahya

    “Mungkin akan disusul tapi waktunya kurang cukup, jadi ada potensi learning loss. Learning loss ini cara menggantikannya seperti apa? Kalau dengan penugasan, bisa berlaku jika anak-anak memiliki sistem pengawasan yang baik ketika tidak di sekolah. Tapi apakah sistem pembelajaran tersebut bisa dilakukan oleh semua orang tua? Untuk orang tua yang bekerja, tentu ini akan sulit sekali,” katanya.

    Baca Juga :   Jumat, PWI Pusat dan Sekdaprov Kalsel Akan Soft Launching HPN 2025 Kalsel

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI