TMC direncanakan dilakukan dengan 1-3 sorti (penerbangan) per hari, menggunakan 800 kg garam food grade dalam setiap penyemaian. Garam food grade digunakan supaya tidak mencemari lingkungan.
“TMC merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam rangka mitigasi dampak musim kemarau yang merupakan bagian dalam pengelolaan sumber daya air,” sebut Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Ditjen SDA Adek Rizaldi.
Baca juga: Hujan Deras Sebabkan Pengaron Terendam Setinggi 80 Cm
Kegiatan TMC telah dilaksanakan sejak tanggal 01-05 Juni 2024 dengan hasil terjadi hujan di sekitar 22 Bendungan dari target 43 Bendungan, yaitu Bendungan Jatiluhur, Kedung Ombo, Wadaslintang, Logung, Gembong, Sanggeh, Cipancuh, Bolang, Banyukuwung, Panohan, Grawang, Randugunting, Gunung Rowo, Gondang Lamongan, Prijetan, Telaga Ngebel, Rancabereum, Malahayu, Lodan, Cacaban, Wonorejo dan Pacal.
Adapun tahapan pelaksanaan TMC adalah:
BMKG menyediakan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa yang berpotensi menimbulkan hujan. Lalu Ditjen SDA mengidentifikasi bendungan yang memerlukan tambahan air.
Setelah itu BRIN menganalisis kebutuhan bahan penyemaian dan merencanakan penerbangan. Brin juga bersama TNI AU melaksanakan proses penyemaian awan. Setelah penyemaian, BMKG dan BRIN memantau hasil dan terjadinya hujan.
Namun prosesnya masih berlanjut yakni Ditjen SDA kemudian memonitor curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow, dan outflow selama 24 jam. Ditjen SDA juga harus menganalisis tambahan air dan potensi layanan dengan volume efektif terkini.