WARTABANJAR.COM – Polisi mengungkap jumlah keseluruhan penumpang kapal penyeberangan antardesa yang tenggelam di Teluk Mawangsaka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, sebanyak 69 orang.
Dalam kejadian tersebut sebanyak 15 orang tewas. Padahak, kapal penyeberangan yang dinakhodai oleh S (50) hanya bisa mengangkut maksimal 20 orang.
“Jumlah penumpang ini sekitar 69 orang,” kata Direktur Polairud Polda Sultra, Kombes Faisal F Napitupulu, Sabtu (29/7/2023).
BACA JUGA: Respon Penempatan Kapal Selam AS di Korsel, Korea Utara Tembakkan Rudal Jelajah
Kombes Faisal menyebut 69 penumpang kapal tersebut terdiri dari 66 orang warga Desa Lagili dan tiga orang dari Desa Wambuloli. Bahkan, Kombes Faisal menilai kapal antardesa itu sangat tidak layak untuk mengangkut penumpang.
“Dari sisi kelayakan sebenarnya perahunya ini tidak layak, ditambah lagi kelebihan muatan,” ujarnya.
Para penumpang tersebut, kata Faisal, berencana akan kembali ke rumah-rumahnya masing-masing setelah mengikuti acara hari ulang tahun (HUT) ke-9 Kabupaten Buton Tengah.
Nakhoda tersangka
Nakhoda perahu berinisial S (50) ditetapkan sebagai tersangka.
“Awalnya 48 (orang penumpang) saat kita datang di TKP, ternyata setelah kami turunkan tim penyelidik dan penyidik ini jumlah total seluruhnya 69 orang,” kata Kombes Faisal
Kombes Faisal menegaskan perahu rakit tenggelam karena kelebihan muatan dan tidak memenuhi standar keselamatan penumpang. Perahu rakit tersebut tidak layak mengangkut 69 orang.
Polisi pun menetapkan nakhoda perahu rakit berinisial S sebagai tersangka. Tersangka tak ditemani anak buah kapal (ABK) saat mengangkut penumpang alias bekerja seorang diri.
Penyebab perahu tenggelam
Nahkoda S mengaku penumpang memaksa naik ke perahu rakitnya hingga kelebihan muatan.
“Iya (memaksa naik), saya bilang sudah-sudah (berhenti naik lagi),” ungkap S di Mako Polairud Polda Sultra.
S mengaku tidak mengetahui pasti jumlah penumpang yang naik ke perahu rakitnya. Sebab, para penumpang memaksa naik ke perahu agar diantar ke Desa Lakorua, Kecamatan Mawasangka Tengah untuk nonton konser.
S juga mengaku sempat mencegat beberapa orang agar tidak naik ke perahu rakitnya. Namun ada yang berdalih hanya sendiri dan menerobos naik. “(Ada yang bilang) eh, sendiri saja saya naik,” bebernya.
Selanjutnya, S terpaksa menjalankan perahu rakitnya ke tujuan di Desa Lakorua. Saat itu, perjalanan mereka tidak menemui kendala. “Dari Desa Lagili saya antar selamat semua,” bebernya.
Namun saat perjalanan pulang dari Desa Lakorua ke Desa Lagili terjadi kecelakaan. Kejadian bermula saat dirinya menghindari tali bagang di tengah laut.
“Iya sekitar 30 menit (menyeberang). Waktu saya mau menyeberang itu ada tali bagang di tengah laut saya menghindar sebelah kiri,” ujar dia.
“Habis itu saya jalan, saya kasi mati mesin di situ, sudah lewat tali saya kasih jalan lagi tinggal 20 meter lagi jembatan Lagili kondisi kapal sudah miring sebelah kiri,” ujarnya.
BACA JUGA: Hj Bidarapi Mengapung 16 Jam di Atas Triplek, Kisah Penumpang Selamat Korban Kapal Tenggelam di Selat Makassar
Ia menuturkan saat perahu rakit miring dan kecelakaan pun terjadi. S lalu memerintahkan ke semua penumpang agar memegang perahu rakit agar tetap selamat.
Namun situasi saat itu sudah tidak terkendali. Para penumpang yang jatuh ke laut saling tarik menarik hingga ada penumpang tenggelam dan meninggal. “Karena banyak sekali orang, sudah baku tarik-tarik orang yang sudah panik,” bebernya.(wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor: didik tm
15 Orang Tewas Gegara Perahu Tenggelam, Angkut 69 Penumpang padahal Kapasitas Cuma 20 Orang
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com