Pimpinan Panti di Kalbar yang Perkosa 6 Anak dan 1 Guru Akhirnya Dijatuhi Hukuman Mati

    WARTABANJAR.COM, KETAPANG – Pimpinan panti asuhan berinisial IS (41) yang mencabuli dan memerkosa enam orang anak asuhnya dijatuhi hukuman mati oleh Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar).
    Terungkap dalam sidang sebelumnya, seorang guru di panti asuhan juga menjadi korban pencabulan dari IS.

    “Dia (salah seorang guru panti asuhan) berikan kesaksian, dia merupakan alumni di panti tersebut bahwa terdakwa pernah melakukan hal tak senonoh juga ke dia,” kata Humas PN Ketapang Aldilla Ananta, Sabtu (20/5/2023).

    Guru yang tak disebutkan identitasnya itu mengaku yakin sejumlah temannya ikut jadi korban. Pasalnya, terdakwa juga kerap memanggil anak asuhnya yang lain ke ruangannya.

    BACA JUGA: Pemuda di Makassar Perkosa Adik Sejak 2016, Terungkap Saat Korban Hamil 2 Bulan

    “Dan dia yakin teman-temannya juga sama (jadi korban) karena sering dipanggil ke ruangan terdakwa,”

    Terdakwa IS menjalani sidang putusan pemerkosaan dan pencabulan di PN Ketapang pada Rabu (17/5/2023). Terdakwa mengikuti sidang secara virtual.

    Dari kesaksian tersebut, hakim menilai ada kemungkinan jumlah korban lebih dari 6 orang. Apalagi terdakwa berkarir selama 21 tahun di panti asuhan tersebut.

    “Jadi hakim percaya kemungkinan korban lebih banyak dari ini, terdakwa sendiri sudah bekerja di sana selama 21 tahun. Semoga dengan putusan ini bisa memberikan efek jera,” tuturnya.

    Sebelumnya diberitakan, terdakwa IS divonis hukuman mati oleh majelis hakim karena aksi bejat terdakwa memperkosa anak asuhnya yang dinilai sudah sangat keterlaluan.

    “Dari fakta-fakta dan demi keadilan bagi anak-anak korban kami pun menjatuhi hukuman mati terhadap terdakwa karena apa yang dilakukannya sudah sangat keterlaluan menurut majelis hakim,” paparnya.

    Ananta menjelaskan, terdakwa IS melakukan aksi bejatnya itu sejak 2020 hingga 2022. Kasus tersebut baru terungkap usai seorang guru wanita di panti asuhan menyadari kejanggalan dari tangisan anak asuhnya.

    “Kalau terungkapnya ini ada salah satu anak korban ke 5, jadi ketika itu ada mata pelajaran agama tiba-tiba dia menangis. Si ibu guru ini curiga, dan dipanggil lah ke ruangan,” terangnya.

    BACA JUGA: 5 Kali Diperkosa Pimpinan Ponpes di Lombok Timur, Santriwati: Malayani, Saya Dijanjikan Masuk Surga

    Korban yang sempat berkali-kali dibujuk untuk bercerita tetap menangis. Akhirnya guru tersebut menduga dengan menyebut nama terdakwa sehingga korban akhirnya mau membongkar kebejatan terdakwa.

    “Jadi karena dia didesak dia tidak mau ngomong dan hanya menangis akhirnya si guru langsung tembak (menyahut) “kamu habis sama bapak ya?”, Nah awal muasalnya dari sana lah,” jelasnya.

    Kasus semakin terbuka setelah seorang anak korban lainnya ikut mengungkap faktanya. Guru wanita itu pun membawa seluruh anak perempuan di panti tersebut untuk visum.

    “Jadi setelah itu langsung dilakukan visum terhadap semua anak perempuan di sana. Sampai akhirnya terungkap 6 anak ini menjadi korban dengan rentan usia 12 sampai 17 tahun saat kejadian,” pungkasnya.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm

    Baca Juga :   Penjelasan BMKG Musim Kemarau Masih Hujan

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI