WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo alias Jokowi mendengungkan rencana suntik mati PLTU batu bara di sejumlah wilayah di Indonesia.
Hal itu dilakukan Jokowi untuk mendorong energi yang lebih ramah lingkungan.
Jokowi menegaskan komitmen Indonesia menutup seluruh PLTU batu bara pada 2050 dan beralih ke energi hijau.
Langkah suntik mati PLTU RI sudah sejalan dengan target net zero emission Indonesia. Namun terdapat sejumlah risiko dalam jangka menengah jika RI melakukan shut down PLTU terkait kestabilan pasokan energi hingga kelangsungan pertambangan batu bara.
BACA JUGA: Ungkap Pembunuhan Sadis di Tambang Batu Bara, Polda Kalsel dan Polres Banjar Gelar Perkara di TKP
PT Adaro Energy Indonesia Tbk buka suara
Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, pihaknya selalu sejalan dengan kebijakan pemerintah. Maka itu, pihaknya aktif melakukan hilirisasi.
“Kita kan selalu inline, selalu sejalan kebijakan pemerintah, di situlah kenapa kita berperan aktif dalam hilirisasi, dalam net zero emission, kita itu sangat inline dan suportif karena kita tahu pemerintah pasti lebih tahu dari kita mana yang baik, mana yang diperlukan,” kata pria yang akrab disapa Boy Thohir itu dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Boy mendukung pensiun PLTU batu bara. Namun, dia menuturkan, untuk mempensiunkan PLTU batu bara butuh waktu.
“Kita suportif tapi itu takes time, yang tadi saya bilang, nggak mungkin langsung, saya setuju banget PLTU yang tua-tua yang 40 tahun,” ujarnya.
Dia mengatakan, PLTU tua memakai teknologi lama sehingga tidak ramah lingkungan. Sementara, untuk PLTU baru dengan teknologi terkini untuk mempensiunkannya butuh waktu.
“Nah PLTU-PLTU itu kan teknologi, teknologi lama sudah berjalan 40 tahun terus pasti karbon emisi nggak bagus, menurut saya setuju banget, tapi dengan PLTU-PLTU baru super ultra critical segala macam ya nanti bertahap, apakah nanti 10-15-20 tahun lagi,” ujarnya.
Upaya PLTU Asam Asam menekan emisi karbon
Sejak Oktober 2021 lalu, PT PLN (Persero) telah menerapkan teknologi substitusi baru bara dengan biomassa sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam Asam. Melalui program co-firing, PLN melakukan penyampuran limbah kayu atau yang lebih dikenal dengan istilah saw dust dengan batu bara.
Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Asam Asam Dani Esa Windiarto menjelaskan sejak diterapkannya cofiring sebesar 5% di PLTU Asam-Asam, parameter operasional peralatan pembangkit terpantau aman dan beberapa parameter emisi yang dihasilkan mengalami penurunan.
BACA JUGA: Ngeri! Detik-detik Tambang Batu Bara Longsor Timbun Puluhan Truk Besar yang Sedang Beraktivitas
“Dari hasil evaluasi kami, parameter operasional peralatan pembangkit terpantau aman dan beberapa parameter emisi yang dihasilkan mengalami penurunan,” terang Dani.
Pada Juni 2022, Dani mencatat program cofiring yang dilaksanakan telah menghasilkan 855Megawatt hour (MWh) energi hijau dan lebih dari 5000 Metrik Ton (MT) emisi karbon dioksida (CO2eq) telah berhasil ditekan.
“Hal ini menjadi bukti komitmen kami dalam mendukung upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mempercepat pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025,” imbuhnya.
Selain membawa manfaat bagi lingkungan , Dani menjelaskan program co-firing PLTU Asam-asam juga membawa efek positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.(wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor : didik tm
Keinginan Jokowi Suntik Mati PLTU Batu Bara, Respons Bos Adaro dan Upaya PLTU Asam Asam
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com