Di saat bersamaan, PLN juga melakukan efisiensi melalui transformasi digital secara end to end. Mulai dari digitalisasi sistem pembangkit, transmisi, distribusi, juga memaksimalkan digitalisasi sistem pengadaan dan monitoring aset sehingga pemeliharaan lebih efektif dan tepat sasaran.
“Upaya ini berhasil menurunkan biaya pemeliharaan sebesar 10 persen dari target atau mencapai Rp2,6 triliun,“ jelasnya lagi.
Agar upaya makin sukses, pihaknya juga melakukan efisiensi operasional dengan memaksimalkan utilisasi pembangkit milik sendiri, membuat korporasi dapat menghemat Rp1,1 triliun dari pengurangan kapasitas sewa pembangkit.
Konsultasi bersama dengan Independent Power Producer (IPP) untuk memundurkan Commercial Operation Date (COD) pembangkit juga menghasilkan efisiensi pembelian tenaga listrik mencapai Rp10,1 triliun pada 2022.
Di saat bersamaan, sebagai wujud nyata pengawalan transisi energi di Indonesia, PLN berhasil mengoptimalkan produksi listrik dari pembangkit listrik bertenaga air sebesar 13,2 TWh dari target sebesar 10,9 TWh.
Darmawan juga mengungkapkan, di balik pencapaian ini, ada kerja keras, loyalitas dan dedikasi dari seluruh insan PLN yang tercermin pada peningkatan produktivitas pegawai dan efisiensi biaya kepegawaian yang signifikan.
Ia melanjutkan, PLN mampu mengubah kultur dari bureaucratic like menjadi business like, sehingga tercipta streamlining bisnis yang mengoptimalkan produktivitas seluruh sumber daya yang ada di perusahaan.
Produktivitas karyawan dilaporkan juga meningkat dari 4,9 juta kWh per pegawai pada tahun 2021 menjadi 5,3 juta kWh pada tahun 2022.