WARTABANJAR.COM – Cuaca panas di siang hari merupakan salah satu ciri perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan.
Pernyataan tersebut diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun resmi sosial media, Sabtu (22/4).
“Fenomena perubahan iklim makin mengkhawatirkan lho. Ini bisa dilihat dari maraknya bencana hidrometeorologi di dunia dan suhu udara yang lebih panas,” dikutip dari akun twitter BMKG, Sabtu (20/4/2023) lalu.
Sebelumnya BMKG memang telah mengimbau masyarakat Indonesia menggunakan tabir surya (sunscreen) karena tingginya indeks sinar ultraviolet (UV).
Baca Juga
Cara Syakh Rukh Khan Rayakan Idul Fitri
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan secara berurutan tahun-tahun terpanas adalah 2016, 2020, 2019, 2017, 2015, 2022, 2021, 2018. 2016.
Karena tahun dengan suhu global terpanas sepanjang catatan WMO dengan anomali sebesar 1,2°C terhadap periode revolusi industri.
Kondisi terpanas itu dipicu oleh tren pemanasan global yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino.
Kondisi ini pula yang mengakibatkan lebih cepat mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua. Bila awalnya luasan salju abadi sekitar 200 km persegi, maka kini hanya menyisakan 2 km persegi atau tinggal 1% saja. Salju dan es abadi di Puncak Jaya sendiri merupakan keunikan yang dimiliki Indonesia, mengingat wilayah Nusantara beriklim tropis.
Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan akibat perubahan iklim, kejadian-kejadian ekstrem lebih kerap terjadi, terutama kekeringan dan banjir.