Saat Ramadan, Mengeluarkan Air Mani Pakai Tangan Sendiri Apakah Membatalkan Puasa?

    WARTABANJAR.COM – Ulama berpendapat ada beberapa hukum masturbasi dalam Islam. Masturbasi dalam Islam adalah ‘Istimna’ atau dalam bahasa Indonesia juga sering dikenal dengan onani.

    Menurut NU Online, masturbasi dalam Islam merupakan kegiatan mengeluarkan air mani tanpa bersenggama.

    Masturbasi adalah kegiatan merangsang tubuh yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita dengan tujuan untuk memberikan kepuasan seksual dengan mengeluarkan air mani.

    Sementara hukum mengeluarkan air mani oleh tangan sendiri ada beberapa larangan yang perlu diperhatikan agar tidak membatalkan puasa Ramadan.

    Lantas bagaimana hukumnya bila ada seorang yang mengeluarkan air mani atau sperma oleh tangan sendiri di Bulan Ramadhan? Untuk mengetahui jawabannya simak berikut ini.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengeluarkan air mani dengan tangan sendiri atau onani sebagai aktivitas pengeluaran mani (sperma) tanpa melakukan sanggama. Definisi onani dan masturbasi memiliki makna yang sama, yakni kepuasan seks tanpa berhubungan kelamin.

    Melansir dari laman resmi Jawa Timur NU pada Jumat (24/3/2023), hubungan aktivitas onani dengan ibadah puasa dapat ditemukan pada kitab Al-Majmu’ berikut ini:

    إذا استمنى بيده وهو استخراج المنى افطر بلا خلاف عندنا لما ذكره المصنف

    Artinya: Bila seseorang melakukan onani dengan tangannya–yaitu upaya mengeluarkan sperma–, maka puasanya batal tanpa ikhtilaf ulama bagi kami sebagaimana disebutkan oleh penulis matan (As-Syairazi). (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010 M], juz VI, halaman: 286).

    Dengan begitu, aktivitas onani yang dilakukan hingga ejakulasi dapat membatalkan puasa sebab kesamaan ejakulasi yang disebabkan mubasyarah. Ini sesuai pada kitab Al-Majmu’ berikut ini:

    وان استمنى فانزل بطل صومه لانه انزال عن مباشرة فهو كالانزال عن القبلة ولان الاستمناء كالمباشرة فيما دون الفرج من الاجنبية في الاثم والتعزير فكذلك في الافطار

    Artinya: Jika seseorang beronani lalu keluar mani atau sperma (ejakulasi) maka puasanya batal karena ejakulasi sebab kontak fisik (mubasyarah) laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan ejakulasi sebab ciuman. Onani memiliki konsekuensi yang sama dengan kontak fisik pada selain kemaluan antara laki-laki dan perempuan, yaitu soal dosa dan sanksi takzir. Demikian juga soal pembatalan puasa. (Imam An-Nawawi, 2010 M: VI/284).

    Menurut Mazhab Syafi’i konsekuensi hukum atas ejakulasi atau inzal dibedakan dari penyebabnya. Inzal disebabkan oleh sentuhan fisik dapat membatalkan puasa, sedangkan untuk inzal yang disebabkan semata pikiran jorok atau memandang dengan syahwat tidak membatalkan puasa.

    المني إذا خرج بالاستمناء أفطر وإن خرج بمجرد فكر ونظر بشهوة لم يفطر وإن خرج بمباشرة فيما دون الفرج أو لمس أو قبلة أفطر هذا هو المذهب وبه قال الجمهور

    Artinya: Sperma jika keluar (ejakulasi) sebab onani, maka puasa seseorang batal. Tetapi jika mani keluar dengan semata-mata pikiran dan memandang dengan syahwat, maka puasanya tidak batal. Sedangkan ejakulasi sebab kontak fisik pada selain kemaluan, sentuhan, atau ciuman, maka puasanya batal. Ini pandangan mazhab Syafi’i. Demikian juga pandangan mayoritas ulama. (Lihat Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman: 247).

    Dengan begitu, aktivitas onani yang dilakukan hingga ejakulasi dapat membatalkan puasa sebab kesamaan ejakulasi yang disebabkan mubasyarah. Ini sesuai pada kitab Al-Majmu’ berikut ini:

    وان استمنى فانزل بطل صومه لانه انزال عن مباشرة فهو كالانزال عن القبلة ولان الاستمناء كالمباشرة فيما دون الفرج من الاجنبية في الاثم والتعزير فكذلك في الافطار

    Artinya: Jika seseorang beronani lalu keluar mani atau sperma (ejakulasi) maka puasanya batal karena ejakulasi sebab kontak fisik (mubasyarah) laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan ejakulasi sebab ciuman. Onani memiliki konsekuensi yang sama dengan kontak fisik pada selain kemaluan antara laki-laki dan perempuan, yaitu soal dosa dan sanksi takzir. Demikian juga soal pembatalan puasa. (Imam An-Nawawi, 2010 M: VI/284).

    Menurut Mazhab Syafi’i konsekuensi hukum atas ejakulasi atau inzal dibedakan dari penyebabnya. Inzal disebabkan oleh sentuhan fisik dapat membatalkan puasa, sedangkan untuk inzal yang disebabkan semata pikiran jorok atau memandang dengan syahwat tidak membatalkan puasa.

    المني إذا خرج بالاستمناء أفطر وإن خرج بمجرد فكر ونظر بشهوة لم يفطر وإن خرج بمباشرة فيما دون الفرج أو لمس أو قبلة أفطر هذا هو المذهب وبه قال الجمهور

    Artinya: Sperma jika keluar (ejakulasi) sebab onani, maka puasa seseorang batal. Tetapi jika mani keluar dengan semata-mata pikiran dan memandang dengan syahwat, maka puasanya tidak batal. Sedangkan ejakulasi sebab kontak fisik pada selain kemaluan, sentuhan, atau ciuman, maka puasanya batal. Ini pandangan mazhab Syafi’i. Demikian juga pandangan mayoritas ulama. (Lihat Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman: 247).(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor : didik tm

    Baca Juga :   Bulan Syakban Segera Berakhir, Saatnya Melunasi Utang Puasa Sebelum Ramadhan Tiba

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI