Heboh, Ratusan Warga Sulteng Terkena Penyakit Demam Keong, Ini Penyebab dan Gejalanya

    Penyakit ini juga dapat memiliki konsekuensi jangka panjang lainnya, termasuk kemandulan.

    Dilansir VoA, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menegaskan pentingnya keterlibatan lintas sektor dalam penanganan ratusan lokasi fokus keong yang menjadi sumber penularan penyakit schistosomiasis di wilayah dataran tinggi Napu, Bada dan Lindu di Sulawesi Tengah.

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dokter I Komang Adi Sudjendra, mengungkapkan dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk menangani penyakit Schistosomiasis atau demam keong.

    Keterlibatan semua pihak dibutuhkan utamanya untuk melakukan rekayasa lingkungan di lokasi fokus keong, serta mengendalikan jumlah telur cacing di alam, yang berasal dari tinja hewan liar seperti tikus, dan hewan ternak mamalia seperti sapi dan kerbau yang tidak dikandangkan.

    Telur cacing yang menetas di air tawar yang tergenang, akan kembali memasuki hospes perantara yaitu siput atau keong oncomelania hupensis lindoensis, yang merupakan hewan endemik di Sulawesi Tengah.

    “Untuk memberantas semua itu perlu (keterlibatan) lintas sektor terkait, dari (dinas) peternakan untuk urusan hewannya,… jadi kalau ada daerah rawa-rawa itu dia alirkan supaya lancar, nah itu melibatkan instansi lainnya misalnya PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) supaya irigasi pengairan, kalau lahan-lahan kosong, lahan-lahan yang potensi untuk terjadinya pertumbuhan keong itu dibuka oleh Dinas Pertanian” kata I Komang Adi Sudjendra. (berbagai sumber)

    Editor: Erna Djedi

    Baca Juga :   25 November Diperingati Hari Guru Nasional, Berikut Hari Guru di Seluruh Dunia

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI