Penyelidikan dilakukan dengan metode deduktif dan induktif. Dalam perjalanannya, polisi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengungkap kasus ini lantaran kasus ini dinilai cukup rumit.
“Dalam kasus ini memang kasus yang cukup rumit dan butuh metode yang extraordinary. Seperti contoh saat autopsi itu tidak hanya satu kali, tapi kita pemeriksaan lanjutan dan berhasil temukan feses. Dari feses kita dapat petunjuk. Jadi ini kami butuh waktu yang cukup lama,” ujar Hengki.
Dokter dan ahli forensik memastikan empat anggota keluarga bukan tewas karena kelaparan. Dua orang di antaranya diketahui makan tiga hari sebelum meninggal dunia.
Mereka adalah si paman, Budyanto Gunawan (68), dan keponakannya, Dian Febbyana (42). Fakta tersebut diketahui setelah dokter dan ahli memeriksa feses keduanya.
“Kita bisa menyatakan bahwa yang bersangkutan atau almarhum Budiyanto dan almarhum Dian telah makan setidaknya tiga hari sebelum yang bersangkutan meninggal dunia,” ujar tim ahli kedokteran forensik, Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Ade Firmansyah Sugiharto, dalam konferensi pers, Jumat (9/12).
Pada analisis feses disebut bahwa ada kandungan karbohidrat dan serat. Diduga keduanya sempat makan nas
Bukan Penganut Sekte
Ketua Tim Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumawardhani menjelaskan soal asumsi santer bahwa kasus kematian ini tak lepas dari kegiatan sekte tertentu. Reni mengungkapkan kematian keluarga Kalideres ini dengan cara yang natural.
“Sehingga keempat-empatnya memang cara kematiannya atau manner of death-nya baik Bapak Rudy, Ibu Renny, Bapak Budi dan Ibu Dian mengarah pada cara yang natural, tidak mengarah pada cara kematian yang lain,” kata Reni dalam konferensi pers.